SOLOPOS.COM - Darmanto (Rina WIjayanti/JIBI/Harian Jogja)

Tahukah anda, keselamatan mudik menggunakan kereta api turut ditentukan oleh tugas seorang Juru Penilik Jalan (JPJ). Mereka bertugas memeriksa keamanan rel dengan berjalan kaki menyusuri perlintasan dari stasiun satu ke stasiun berikutnya. Dingin, panas, gerah, sepi dan pengalaman serem serta melelahkan menjadi kawan sehari-hari para petugas JPJ ini. Pekerjaan mereka berat dan vital namun jarang mendapat perhatian publik. Berikut liputan wartawan Harianjogja.com, Rina Wijayanti.

Ketika musim hujan tiba, Darmanto tidak saja berkawan dengan air hujan yang dingin namun pula rasa gerah dan panas. Petir menjadi satu-satunya hal yang paling dia takuti oleh Petugas Penilik Jalan di PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) VI ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun untuk menghadapi ketakutannya ini, Darmanto telah mendapatkan ilmu dari para JPJ seniornya, “Tetap berjalan ditengah rel, dan tetap tenang,” katanya, kepada Hariajogja.com.

Beberapa aspek yang menjadi tugas JPJ ialah mengamati rel retak, penambat rusak, baut lepas, jarum dan lidah wesel rusak, bantalan dan tubuh ban rusak, longsoran kerakal, pohon tumbang sampai pilar-pilar jembatan yang dilintasi rel kereta.

Jika salah satu aspek tersebut terjadi, maka akan dilakukan pengalihan jalur karena dianggap berbahaya atau setidaknya kereta akan berjalan sangat pelan demi keamanan. Libur lebaran seperti saat ini Darmanto dituntut bekerja lebih ekstra. Pasalnya intensitas lalulintas kereta dan beban yang bertambah berkorelasi dengan potensi kerusakan rel.

Tidak saja perjuangan berat, rupanya ada kesenangan tersendiri menekuni pekerjaan ini. Salah satunya ialah berat badan Darmanto menjadi stabil. Semula dia berbadan tambun dengan ukuran berat badan mencapai 88 kilo gram, namun tiga tahun menjadi JPJ kini berat badannya stabil pada kisaran 67 kilo gram.

Cerita menarik lainnya ialah seputar sepatu. Pada awalnya Darmanto menggunakan sepatu baru seharga Rp70.000, ternyata hanya bisa dia pakai berjalan kaki dari stasiun tugu sampai Timoho, sekitar seperempat dari total panjang lintasannya.

Terpaksa dia membeli sandal jepit ditoko sekitar rel karena sol sepatunya lepas. Dia pernah juga mengganti sepatunya dengan harga Rp400.000, namun sayang itupun hanya bertahan tak lebih dari tiga bulan saja.

Rata-rata kerusakan pada sol sepatu. Kini, Darmanto bersiasat memakai sepatu bekas yang berkualitas tinggi khususnya pada kualitas sol. Dia dan kawan-kawan JPJ lainnya bahkan memiliki langganan penjual sepatu bekas yang berkualitas. Biasanya sepatu-sepatu itu berasal dari luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya