SOLOPOS.COM - Juru parkir di depan Stasiun Madiun, Julius saat menata kendaraan bermotor yang parkir di lahan parkirnya, Sabtu (25/4/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN - Seorang juru parkir alias jukir di depan Stasiun Madiun menceritakan kisah hidupnya saat masa pandemi virus corona. Juru parkir bernama Julius itu harus menggadaikan KTP, SIM, dan STNK sepeda motornya untuk menghidupi istri dan anaknya di masa pandemi ini.

Ditemui Madiunpos.com di depan Stasiun Madiun, Sabtu (25/4/2020) siang, pria berusia 49 tahun itu terlihat membantu seorang pengendara yang akan keluar dari tempat parkir. Terlihat hanya beberapa sepeda motor saja yang terparkir di lahan parkir tersebut, beberapa sepeda motor milik karyawan toko dan stasiun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mau Masuk Sragen, Pemudik Diminta Putar Balik

Jukir yang merupakan Warga Jl Anggrek Kota Madiun itu menceritakan sejak wabah corona terjadi, jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir di depan Stasiun Madiun berangsur-angsur berkurang. Tidak adanya pengunjung stasiun seiring dengan dibatalkannya puluhan perjalanan kereta api yang melewati Stasiun Madiun.

Semakin sedikit pengunjung stasiun berdampak pula dengan kendaraan bermotor yang parkir. Ini berpengaruh terhadap pendapatan hariannya yang hanya mengandalkan dari lahan parkir umum itu.

Pendapatan Minim

Karena selama masa pandemi ini jumlah pendapatannya menurun drastis. Bahkan terkadang ia hanya membawa uang Rp10.000 ke rumah. Hingga akhirnya ia pun menggadaikan KTP, SIM (Surat Izin mengemudi), dan STNK sepeda motornya di salah satu koperasi yang ada di Rejomulyo, Kota Madiun.

Dari menggadaikan kartu identitas dan surat kendaraan bermotor itu, bapak satu anak itu mendapatkan pinjaman uang Rp250.000. Uang itu harus dikembalikan dengan bunga Rp25.000 per bulan. "Saya menggadaikan KTP, SIM, dan STNK ini pada tanggal 26 Maret 2020. Saya menggadaikan kartu ini di koperasi," kata dia.

Julius harus menebus barang gadaiannya itu beserta bunganya dengan total Rp275.000 pada tanggal 26 April 2020. Kalau tidak bisa melunasinya pada tanggal yang ditentukan, akan ditambah lagi bunganya Rp25.000/bulan sampai bisa ditebus.

Donor Darah di PMI Klaten Gratis 2,5 Kg Beras Sepanjang Ramadan

Ia terpaksa menggadaikan kartu identitasnya karena bingung untuk memenuhi kebutuhan harian selama wabah terjadi. Uang senilai Rp250.000 yang didapat dari koperasi pun langsung dibelanjakan untuk membeli beras, minyak, telur, dan kebutuhan lainnya.

"Kebutuhan yang dibeli dengan uang pinjaman itu sudah habis. Hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sepekan saja," ujarnya.

Dia mengaku saat ini belum memiliki uang untuk menebus kartu identitas yang digunakan sebagai jaminan di koperasi. Ia hanya bisa pasrah karena benar-benar tidak memiliki uang untuk membayar pinjaman itu.

"Padahal besok harus bayar. Tapi sekarang tidak punya uang. Pendapatan dari parkir hanya bisa untuk makan setiap hari," katanya.

Direkomendasikan Menkes, Ini Penjelasan Ilmiah Kerokan

Kalau pada kondisi normal, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp50.000 per hari dari menjadi juru parkir mulai pagi sampai siang. Namun, selama wabah ini pendapatannya merosot hingga Rp20.000 per hari. Bahkan ia hanya mendapatkan uang Rp10.000 per hari.

"Sudah sepi sekarang. Sejak tidak adanya kereta, pengunjung stasiun pun turun drastis. Ya beruntung sejak ada wabah, perusahaan pengelola parkir di Madiun tidak lagi memungut tarjet. Jadi saya tidak terlalu dibebani. Karena memang sekarang sudah tidak ada yang parkir," ujarnya.

Belum Dapat Bantuan Pekot

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, istrinya, Riswani, pun ikut membantu mencari nafkah dengan bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Penghasilannya tidak seberapa, tetapi bisa membantu perekonomian keluarga di tengah wabah Covid-19.

Julius mengaku selama ini belum pernah mendapatkan bantuan sembako dari Pemkot Madiun. Keluarganya juga tidak terdaftar sebagai keluarga penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dari pemerintah pusat maupun Pemkot Madiun.

Zaskia Gotik Nikah Siri

"Saya selama ini belum pernah mendapat bantuan sembako dari Pemkot. Padahal saya keluarga miskin dan kondisinya seperti sekarang ini. Saya biasanya nyari-nyari info kalau ada dermawan yang bersedekah membagikan sembako," kata dia.

Julius berharap pemerintah bisa lebih selektif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. Supaya bantuan tersebut benar-benar tersalurkan kepada yang membutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya