SOLOPOS.COM - Joko Andoyo berpose di dekat pohon beringin di kaki Gunung Brojo, Desa Joho, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (12/11/2022). (Istimewa/Joko Andoyo)

Solopos.com, WONOGIRI — Berkat kerja kerasnya, kini warga Dusun Wotglinggang, Desa Joho, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri tak lagi khawatir kekurangan air bersih saat musim kemarau. Tanah longsor dan guguran batu pun tidak lagi menjadi momok warga ketika musim penghujan tiba.

Adalah Joko Andoyo, 51, yang menjadi tokoh kunci bagi warga Desa Joho. Joko, sapaan akrabnya, sudah sejak lima tahun terakhir secara konsisten menanam pohon beringin di Gunung Brojo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bukan tanpa alasan, Joko sebagai warga pendatang dari Pengging, Banyudono, Boyolali itu tergerak hatinya kala melihat warga setempat kekurangan air saat kemarau.

“Saya ini asli Pengging. Di sana, air itu tersedia sepanjang tahun, tidak pernah kekurangan. Tapi di sini, apalagi saat kemarau, saya melihat warga sering kekurangan air. Terus saya mencoba menanam beringin di atas [kawasan hutan Gunung Brojo] karena pohon itu akarnya menyimpan air dan memicu timbulnya sumber air,” kata Joko kepada Solopos.com, Selasa (15/11/2022).

Joko menceritakan, saat awal-awal menanam beringin di Gunung Brojo, dia tidak mendapat simpati atau dukungan warga. Joko sempat mencoba menawarkan uang kepada warga senilai Rp50.000 agar mau menanam beringin di hutan.

Baca Juga: Hutan Pinus Bukit Suwondo Wonogiri, Lokasi Healing Murah Meriah di Akhir Pekan

Namun usahanya belum berhasil. Malahan, beberapa meremehkan usahanya dan menilai apa yang dilakukan Joko adalah tindakan sia-sia, tidak berguna.

Pria itu tidak patah semangat. Ia tetap menanam beringin dan tanaman keras lain di lereng Gunung Brojo. Joko rela mengeluarkan uang sendiri untuk membeli bibit beringin dengan harga mulai Rp15.000-Rp300.000/batang.

Bibit-bibit itu ia beli dari berbagai daerah dan dibawa naik ke lereng Gunung Brojo sendirian dengan mengendarai sepeda motor. Lantaran sepeda motor tak bisa sampai ke tempat penanaman, ia masih perlu berjalan ke tempat yang lebih atas.

Sembari terus menanam, Joko masih berupaya merayu warga agar mau menanam beringin bersamanya. Ia mencoba mendekati warga dengan cara lebih persuasif.

Baca Juga: Cegah Longsor, Ribuan Bibit Vetiver Ditanam di Karangtengah Wonogiri

Mengajak berbicara dan memberi pengertian warga akan pentingnya beringin. Sedikit demi sedikit, usaha merayunya itu mendapat simpati, beberapa warga mulai membantunya menanam beringin.

“Saya kasih tahu mereka bahwa menanam beringin itu bukan untuk kita saja. Tapi untuk anak cucu kita. Agar anak cucu tidak lagi kekurangan air bersih saat kemarau. Biar mereka lebih enak hidupnya. Cara bujuk saya seperti itu. Setelah itu mereka baru sadar dan tergerak, mau menanam beringin bareng-bareng,” ujar dia.

Sejak itu, semakin banyak orang yang bergabung dengan Joko menanam beringin di Gunung Brojo. Bahkan kini, warga sering hunting bibit beringin sampai ke daerah lain, di dalam maupun luar Wonogiri.

Ketika ada ratusan hingga ribuan bibit, warga Dusun Wotglinggang secara otomatis meminta untuk menanam sendiri di wilayah rukun tetangga (RT) masing-masing.

Baca Juga: Pemberian Wali, Asale Penamaan Dusun Sumberalit di Pracimantoro Wonogiri

Sejak sekitar 2017, pohon beringin yang sudah ditanam Joko dan warga mencapai belasan hingga puluhan ribu. Dampaknya, kini beberapa sumber mata air telah muncul. Sementara sumber mata air yang dulu sudah ada, debit air yang dikeluarkan semakin besar.

“Sekarang kalau kemarau, warga sudah tidak lagi kurang air bersih. Satu sumber mata air bahkan sudah mampu memenuhi kebutuhan di satu pesantren yang dihuni 50 santri. Sekarang enam RT di Wotglinggang sudah bisa merasakan air dari sumber mata air yang muncul di atas,” ucap Joko.

Kepala Desa (Kades) Joho, Suwarno, mengatakan Joko menjadi inisiator bagi warga untuk menanam beringin. Sekarang, sudah terbentuk komunitas warga yang secara rutin menanam beringin dan tanaman keras lain di Gunung Brojo.

Mereka mencari bibit secara swadaya. Bahkan berbagai komunitas lingkungan hidup sudah mulai melirik dan membantu warga menanam beringin.

Baca Juga: Setelah Naik Batara Kresna, Ini 5 Lokasi Wisata Murah di Dekat Stasiun Wonogiri

“Kalau sekadar 15.000 pohon, pasti lebih. Kami sudah bisa menghitungnya. Berkat itu, sekarang di Joho sudah tidak lagi ada longsor, padahal dulu kalau hujan, sering sekali longsor, erosi di Gunung Brojo yang di bawahnya ada pemukiman. Kami akan meneruskan gerakan ini terus karena manfaatnya sangat positif,” kata Suwarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya