SOLOPOS.COM - Hindari Waktu Kunjungan Siang Hari (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Kisah Jogoboro yang menjaga Malioboro, kini terabaikan

Harianjogja.com, JOGJA – Sejak 2011 Jogoboro, tim khusus yang menangani ketertiban dan keamanan di Malioboro berdiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebanyak 60 anggota bertugas setiap hari untuk memastikan wisatawan merasa nyaman saat berada di jantung wisata Jogja. Namun sampai sekarang mereka belum mendapatkan pengakuan yang layak.

Ngatinem, salah satu anggota Jogoboro sudah mulai bertugas di Malioboro sejak Jogoboro diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Ekspedisi Mudik 2024

Sejak saat itu dia lebih banyak bertugas sebagai penerima tamu di kantor UPT Malioboro. Setiap hari, dia mencatat pengunjung yang membutuhkan bantuan UPT maupun ingin bertemu dengan pekerja di kantor UPT Malioboro.

Tugas tambahannya adalah memfasilitasi wisatawan yang terpisah dari keluarganya atau kehilangan benda berharga. Dia akan menerima laporan dari petugas Jogoboro di lapangan dan berkoordinasi dengan radio Widoro Malioboro untuk woro-woro.

“Seringnya terpisah atau lupa parkir, mereka akan diarahkan untuk melapor kemari lalu kami membantu,” kata Ngatinem di kantor UPT Malioboro Senin (28/3/2016).

Pengalaman berbeda dirasakan Yanuar. Sejak bergabung akhir 2012 lalu dia lebih banyak bertugas di lapangan. Seringnya dia berjaga di sepanjang Malioboro membuat dirinya banyak mengenal dekat warga Malioboro, baik yang bekerja sebagai pedagang, jukir penarik becak maupun penjaga toko. Dia juga banyak mendapatkan kenalan dari pengunjung yang meminta bantuan petugas Jogoboro.

“Jadi nambah banyak sedulur, kebanyakan malah dari wisatawan. Banyak pengetahuan juga karena latar belakang mereka berbeda-beda,” ujar dia.

Petugas Jogoboro lainnya, Bustami merasakan hal serupa. Sejak 2011 bertugas di Malioboro dia mengaku menikmati setiap kali terjun ke lapangan. Bertemu banyak orang, ngobrol dengan warga Malioboro dan mengenal banyak karakter manusia dianggapnya menjadi keasyikan tersendiri.

Meskipun begitu dia sedikit galau kala bulan Agustus hingga Desember tiba. Di masa-masa itu jumlah wisatawan mancanegara akan melonjak. Menyenangkan namun juga dianggap momok oleh petugas Jogoboro. Pasalnya menurut Bustami mereka belum dibekali kemampuan bahasa Inggris yang memadai.

Padahal para wisatawan asing lebih percaya saat bertanya pada petugas berseragam ketimbang sembarang orang. Bustami mengakui mereka pernah mendapatkan pelatihan bahasa Inggris. Namun hal itu tak rutin dilakukan sehingga kemampuan mereka tak pernah berkembang.

“Ada petugas yang melipir juga saat melihat wisman, maklum saja kami minder kalau harus bicara bahasa Inggris. Kepinginnya ada pelatihan rutin bahasa Inggris agar kami bisa juga melayani turis asing,” tutur dia.

Koordinator Divisi Keamanan Lalu Lintas Kawasan Malioboro UPT Malioboro Ahmad Syamsudi mengatakan tugas Jogoboro memang cukup berat. Sepintas mereka mirip petugas keamanan namun dengan tugas yang lebih kompleks.

“Kami tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga menjaga ketertiban dan melayani wisatawan di sekitar Malioboro,” kata Ahmad.

Selama bekerja mereka tak hanya berurusan dengan menata Malioboro dan menjaga keamanan. Melayani wisatawan yang terpisah dengan keluarganya hingga membantu wisatawan yang lupa posisi parkir dan merekomendasikan lokasi wisata pun biasa dilakukan. Karena tugas yang kompleks itulah mereka dinamakan Jogoboro, akronim dari Njogo kawasan Malioboro.

Sayangnya, Ahmad mengatakan meskipun tugas mereka kompleks sampai sekarang mereka belum memiliki payung hukum yang bisa menjadi dasar tindakan mereka.

Jogoboro pun lebih sering menggandeng Satpol PP atau Dinas Perizinan untuk bisa memberikan sanksi pada para pelanggar ketertiban di Malioboro. Tanpa itu, mereka hanya bisa memberikan imbauan semata.

Sampai saat ini petugas Jogoboro pun masih merupakan petugas outsourcing yang setiap tahun harus memperpanjang kontrak kerjanya. Otomatis dibutuhkan semangat ekstra dari petugas Jogoboro untuk bsia maksimal menjalankan tugasnya.

“Kami tidak berharap ada dasar hukum, cukup warga Malioboro punya kesadaran untuk tertib karena Malioboro kan cermin Jogja, jadi harus mulai ada kesadaran pribadi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya