SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Hampir setiap malam, Slamet Nugroho, 26, menghabiskan waktunya dengan cat, kain dan alat sablon. Anak muda ini mengaduk tuntutan kehidupan sehari-hari, kreativitas dan semangat berkarya di dalam kamar indekosnya yang mungil.

Slamet, warga RT 02/RW 01 Dusun Tawarsari, Desa Wonosari itu bekerja sebagai penyablon kaus. Pemesan karyanya berasal dari berbagai daerah, dari Gunungkidul sampai Makassar, Sulawesi Selatan. Dia memasarkan usahanya lewat media jejaring sosial Facebook.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Kepada Harian Jogja beberapa waktu lalu, Slamet bercerita, kegemarannya menyablon telah berlangsung sejak dia duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). “Sekolah nyambi kerja,” katanya belum lama ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Slamet gemar berkreasi, terutama dalam aktivitas menggambar. Saat remaja, dia sempat bekerja di sebuah percetakan, dengan pekerjaan sehari-hari membuat stiker sampai menyablon kaus. Gajinya tidak banyak waktu itu, tapi Slamet senang karena hobinya tersalurkan.

Laki-laki ini juga mengaku harus bekerja kala SMP karena butuh uang untuk membiayai sekolahnya dan adiknya. Dia sempat pindah tempat kerja dan mengumpulkan pengalaman demi pengalaman berkarya.

Bagian dari mengumpulkan uang, agar bisa bertahan hidup, Slamet juga menggambar logo-logo merek operator telepon seluler di dinding-dinding rumah atau toko. “Pada dasarnya saya suka berkreasi,” katanya.

Perlahan-lahan dia lepas dari tempat kerja percetakan. Slamet ingin berkarya sendiri, tanpa majikan. Dia ingin membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraihnya. “Saya ingin membuktikan saya bisa,” katanya.

Dengan menyewa sebuah kamar indekos di Dusun Purwosari, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Slamet merintis usaha sablon kaosnya. Tentu tidak setiap minggu ada pesanan kaus. “Dulu seminggu bisa ada yang pesan sampai 100 kaus,” katanya.

Slamet mengatakan harga penyablonan kausnya tergantung jenis, jumlah dan warna cat. Para pelanggannya biasa memesan kaus komunitas sampai olahraga. Bahan kausnya bisa disediakan Slamet atau disediakan pemesan.

Laki-laki lajang ini juga sering bergadang untuk menyelesaikan pesanan-pesanan kaus. Terkadang sehari hanya tidur dua atau tiga jam. Semua itu dilakukannya demi pelanggan yang ingin kaus pesanan cepat selesai. “Saya ingin puaskan para pelanggan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya