SOLOPOS.COM - Gapura bercat ungu menjadi pintu gerbang memasuki Dukuh Manggis RT 002, Desa Jati, Masaran, Sragen, yang dikembangkan menjadi kampung online oleh founder Bukalapak.com, Senin (31/10/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif dari pebisnis e-commerce yang sukses dengan Bukalapak.com membuat sesuatu yang bermanfaat bagi kampungnya.

Solopos.com, SRAGEN — Rumah sederhana bercat kombinasi hijau dan putih berdiri di gang sempit. Rumah itu menjadi satu pekarangan dengan Masjid Darussalam di Dukuh Manggis RT 002, Desa Jati, Kecamatan Masaran, Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di belakang rumah itu berdiri tiang seperti tower setinggi 28 meter yang berfungsi sebagai penangkap sinyal telekomunikasi. Berkat tower itulah masyarakat di Dukuh Manggis bisa berselancar di dunia maya.

Di rumah itu, CEO Bukalapak.com Achmad Zaky Syaifudin lahir. Penggagas e-commerce sukses itu berasal dari keluarga sederhana pasangan Rusdi, 67, dan Roihatul Djannah, 63.

Zaky merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Kakaknya nomor dua, Kenny Sofyanita, 33, tinggal bersama suaminya, Hendri Dwi Purnomo, 32.

Setelah sukses di Bukalapak.com, Zaky ingin berkontribusi ke kampung kelahirannya. Kontribusi itu bukanlah bantuan keuangan atau modal tetapi berbentuk pemberdayaan masyarakat agar bisa sukses di bisnis online.

Gagasan itu dikomunikasikan dengan kakak iparnya, Hendri Dwi Purnomo, 32, yang juga Ketua RT 002 Dukuh Manggis. Mereka bersepakat membuat infrastruktur jaringan Internet untuk memudahkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah Masaran berjualan secara online.

“Pada dasarnya semangatnya masih sama, yakni memajukan UKM,” tulisnya Zaky dalam pesan singkatnya kepada Solopos.com, Senin (31/10/2016).

Zaky sempat melobi perusahaan telekomunikasi yang memiliki jaringan kabel optik. Upaya itu gagal hingga akhirnya Zaky memutuskan menggandeng provider asal Jogja, Citranet.

Tower setinggi 28 meter pun didirikan. Pada awalanya sempat muncul kekhawatiran dari warga sekitar tentang efek samping tower itu.

Hendri sebagai ketua RT menjelaskan kepada warga tower itu hanya untuk menangkap sinyal telekomunikasi dan tidak menganggu jaringan televisi atau radio. Penjelasan itu pun diterima masyarakat.

“Semula kami menginginkan jaringan dengan jarak radius 50 meter. Jaringan yang luas cukup berisiko disalahgunakan. Radius pun dikecilkan hanya 10 meter-20 meter. Kampung online ini diresmikan dengan mengundang pihak terakit pada Minggu [30/10/2016]. Harapannya warga bisa berkumpul di rumah ini untuk sharing tentang bisnis online,” ujar Hendri saat berbincang dengan Solopos.com, Senin siang.

Dalam peresmian yang dihadiri perangkat desa, kecamatan, hingga kabupaten itu ada komitmen bersama dalam penggunakan jaringan Internet, yakni no game dan no pornografi. Semua aktivitas Internet di kampung online itu bisa dilakukan kecuali untuk bermain game dan membuka laman berbau pornografi.

Bahkan bisnis campursari pun bisa memanfaatkan jaringan Internet tersebut untuk pemasaran secara online. “Kami masih butuh edukasi ke masyarakat yang lebih masif. Kebanyakan warga di RT 002 dengan 92 keluarga itu masih buta Internet. Kami terus memberi pelatihan dan sosialisasi kepada mereka agar lebih melek Internet. Kami butuh pendekatan dengan para pelaku UMKM, khususnya di Jati, seperti gerabah, telur asin, pembuatan vas atau pot, sangkar burung, dan seterusnya,” tuturnya.

Mereka bebas memasarkan produk dengan fasilitas yang disediakan Bukalapak.com. Kendati Bukalapak.com mengalokasikan anggaran Rp1 juta per bulan untuk biaya Internet nirkabel itu, Bukalapak.com tidak mewajibkan UMKM memasarkan produknya ke e-commerce Bukalapak.com.

Sebagai awalan mereka bisa memasarkan produk lewat Facebook. “Banyak tetangga yang berteman dengan kami dan berdiskusi dengan kami tentang manfaat kampung online di Facebook,” ujar Hendri.

Hendri memberi contoh berjualan pakaian muslimah dan aneka makanan olahan dari ikan patin dan nila secara online. Sejumlah guru pendidikan anak usia dini (PAUD) juga memanfaatkan jaringan Internet di kampung online untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Ke depan rumah Achmad Zaky itu akan direhab dan ruang tamunya dijadikan ruang publik untuk bicara tentang bisnis online. “Kemarin arsitek dari Solo sudah membuat RAB [rencana anggaran biaya] untuk rehab rumah. Tahun depan bisa difungsikan,” tuturnya.

Kasubid Pengembangan Dunia Usaha Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sragen, Johny Adhi Aryawan, menilai prospek kampung online di Masaran sangat menjanjikan. Apalagi keberadaan kampung itu berelaborasi dengan Komunitas Masaran Obah yang anggotanya merupakan anak muda pemilik lapak online. Di sisi lain, Masaran menjadi koridor jalur Sangiran ke Kampung Batik Kliwonan, Pilang, dan Pungsari (Plupuh).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya