SOLOPOS.COM - Dunya Saboori (dua dari kanan) berangkat sekolah bersama temannya (Arabnews.com)

Kisah inspiratif tentang seorang bocah Afghanistan yang semangat sekolah di tengah konflik.

Solopos.com, KABUL – Hidup di negara yang dilanda konflik tak menyurutkan semangat Dunya Saboori, untuk menuntut ilmu. Bocah berusia delapan tahun itu meminta sang bunda, Maliha, mengizinkannya mengenakan segaram sekolah. Dia tidak ingin terlambat masuk sekolah di awal tahun ajaran baru di Afghanistan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini hampir jam tujuh pagi dan kita akan terlambat,” kata Dunya menggerutu saat duduk di ruang keluarga rumahnya di kawasan Kabul, Afghanistan, seperti dilansir Arab News, Minggu (25/3/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

Dunya memakan sarapannya yang berupa roti isi telur gorang dengan lahap sementara ibunya menyiapkan tas dan jilbab untuknya. Selama libur, Dunya dan adiknya menghabiskan waktu di rumah untuk belajar bahasa Inggris dari seorang guru privat. Dia merupakan anak yang sangat bersemangat menuntut ilmu. Tak heran, gadis cilik ini sudah tak sabar bertemu dengan teman-temannya setelah menikmati liburan panjang lebih dari dua bulan. Padahal, situasi di Afghanistan masih cukup berbahaya.

Selama perang masih berkecamuk, mengantar dan menjemput anak sekolah merupakan hal yang amat berbahaya. Tak jarang, warga sipil terjebak situasi mencekam akibat perang yang tak kunjung usai. Apalagi pelaku serangan sering melancarkan teror di jam sibuk.

Guna menjaga keamanan, Maliha mengantarkan anaknya ke sekolah bersama sang suami, Baqi. Mereka harus waspada dengan bahaya yang mengancam ketika menyusuri jalanan sibuk di Kota Kabul. Dunya Saboori termasuk salah satu di antara delapan juta anak Afghanistan yang terdaftar di sekolah tahun ini. Menurut data pemerintah setempat, sekitar 40 persen murid yang terdaftar di sekolah berjenis kelamin perempuan.

Nasib Dunya terbilang cukup beruntung. Sebab, ada sekitar 3,5 juta anak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena gedung sekolah rusak, kemiskinan, dan konflik berkepanjangan. Minimnya fasilitas pendidikan ini membuat tingkat literasi umum di Afghanistan merupakan salah satu yang terendah di dunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya