SOLOPOS.COM - Pemilik usaha Rendang Magek menunjukkan makanan rendang dan gulai ikan patin dalam kemasan kaleng yang diproduksinya, Jumat (18/11/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif ini datang dari pengusaha yang membuat kuliner rendang dalam bungkus kaleng

Harianjogja.com, JOGJA-Bisnis kuliner di Jogja semakin menggeliat. Pebisnis pun tak kalah seru dalam menampilkan masakannya. Tak melulu berbungkus plastik, bungkus kaleng pun juga sedang menjadi perhatian para pebisnis kuliner dalam menyajikan makanan praktis dan tahan lama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini ditemukan pada bisnis Rendang Magek yang digeluti Ronny Yahya, 29. Pria muda keturunan Bukitinggi, Sumatera Barat ini turut memeriahkan bisnis perkulineran kemasan kaleng di Jogja. Kali ini, dengan mengadopsi makanan asal orang tuanya, ia pun menciptakan rendang sapi kaleng.

Tak cukup dengan rendang sapi, ia juga mengembangkan dua menu lainnya yaitu rendang jengkol dan gulai ikan patin. Berbicara jengkol, selama tinggal di Jogja sejak 2005, ia lebih banyak menemukan jengkol yang dimasak semur. Oleh karena itu, dengan bantuan sang ibu Yeni Ennida, 54, ia pun menghadirkan jengkol yang direndang dan disajikan dalam kaleng.

Sementara itu, gulai ikan patin ia hadirkan untuk membantu pemerintah menyukseskan program gemar makan ikan. ia memilih patin karena selama ini patin belum banyak dikenal. “Padahal kandungan omega dan proteinnya lebih bagus patin,” katanya, Jumat (18/11/2016).

Ronny mendapatkan ikan patin dari pedagang ikan di Pasar Sentul seharga Rp24.00-Rp25.000 per kg. Ia sengaja memilih ikan dengan berat 400-500 gram per ekor agar saat dipotong sesuai dengan kaleng yang digunakan.

Tiga bulan sebelum akhirnya mematenkan produknya itu, ia telah melakukan kajian terhadap makanan kaleng. Berkali-kali meramu bumbu juga ia lakoni untuk mendapatkan standar cita rasa yang sesuai.

Awalnya, ikan patin dimasak seperti biasa di wajan. Kemudian dimasukkan di kaleng dan masuk proses sterilisasi atau pemanasan di suhu sampai 1.200 derajat celcius. Dalam proses pengalengan, ia menjalin kerja sama dengan salah satu perusahan di daerah Sorosutan.

Peminat Rendang Magek buatan Ronny ini tidak hanya dari Jogja. Justru pasar terbesar adalah masyarakat luar Jogja seperti Makassar, Kalimantan, Bekasi, Malang, dan Jakarta. Produknya juga sudah pernah dibawa orang Indonesia yang berwisata atau menempuh pendidikan ke Jepang, Belanda, dan Italia.

“Kalau dikaleng kan awet satu tahun jadi bisa dibawa keluar negeri, sekaligus jadi obat rasa kangen pada Tanah Air,” kata Ronny yang melakukan produksi di rumahnya di daerah Pakualaman ini.

Ronny menjual dengan harga yang bervariasi. Untuk menu rendang dijual Rp45.000 per kaleng ukuran 170 gram, sementara gulai ikan patin dijual Rp35.000 per kaleng ukuran 300 gram. Dalam sebulan ia bisa menjual sampai 100 kaleng. Dalam waktu dekat, ia berencana ekspansi menjual produknya ke luar negeri.

“Kita lagi negosiasi jual di supermarket di Singapura,” kata pria yang berhasil meraih juara II dalam salah satu kompetisi usaha kreatif di Jogja ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya