SOLOPOS.COM - Tukiyem, petani Ponorogo yang konsisten menggunakan pupuk organik menunjukkan penghargaan yang diperoleh saat mengikuti dialog antarpetani di Sri Lanka Juni 2017, Jumat (25/8/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif, seorang petani di Ponorogo konsisten menggunakan pupuk organik.

Madiunpos.com, PONOROGO — Menjadi petani menjadi kebanggaan bagi Tukiyem, warga RT 001/RW 004, Desa Blembem, Kecamatan Jambon, Ponorogo. Dengan bertani, wanita 47 tahun itu berkesempatan melanglang buana ke luar negeri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam beberapa tahun terakhir, Tukiyem mewakili petani Indonesia untuk berdialog di ajang internasional di berbagai negara seperti Filipina, India, dan terakhir pada Juni 2017 lalu di Sri Lanka.

Ditemui Madiunpos.com di rumahnya, Jumat (25/8/2017) sore, Tukiyem menuturkan dirinya hanya mengenyam pendidikan di tingkat SMA, itupun ikut kejar paket. Pekerjaan utama istri dari Kaderan, 57, selama ini adalah sebagai petani padi di desanya.

Bagi Tukiyem, bertani merupakan pekerjaan mulia karena menyediakan pakan bagi seluruh warga dan menjaga stabilitas pakan nasional. Dia tidak habis pikir petani di negara ini kian berkurang dan lahan pertanian banyak yang rusak.

Atas berbagai pergulatan jiwa itu, Tukiyem merasa tidak puas dengan kehidupan petani yang monoton dan hanya bersifat rutinitas. Hingga akhirnya Tukiyem bergabung dengan Serikat Petani Indonesia (SPI) cabang Ponorogo.

Setelah berkecimpung dalam serikat petani itu, ibu dua anak itu mengaku ada perubahan dalam pola pikirnya. Hingga akhirnya dia diikutkan magang selama tiga bulan di Bogor untuk berlatih menanam padi organik. Selain itu, Tukiyem juga mendapat pelatihan mengenai teknik bertani yang baik.

“Saat itu dari SPI mendelegasikan saya untuk ikut acara di Bogor itu sekitar tahun 2010. Saya belajar banyak tentang pertanian dan pertanian organik dari para pakar,” kata dia.

Usai dari Bogor itu, Tukiyem tidak hanya melipat ilmu yang didapat di atas meja saja. Dirinya mulai mencoba dan mempraktikkan ilmu yang telah diterima itu.

Kebetulan Tukiyem memiliki hewan ternak sehingga bisa langsung mempraktikkan penggunaan pupuk organik dalam menanam padi dan tanaman lain. Selain penggunaan pupuk organik, dia juga menanam padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI). Metode ini salah satu poin utamanya yaitu jarak tanaman yang ditanam sekitar 30 cm.

Gunakan Penerjemah

Dengan menggunakan metode SRI dan pupuk organik, dia mengaku hasil panen yang dihasilkan bagus dan tentunya tidak mengandung terlalu banyak zat kimia. Penanaman menggunakan metode SRI tersebut kemudian ditularkan kepada petani yang ada di desanya. Namun, penggunaan metode baru tersebut ternyata tidak disambut positif petani setempat. Pola tanam lama masih sulit ditinggal.

Konsistensi Tukiyem dalam menggunakan metode SRI itu kemudian membawanya untuk berdialog dengan petani-petani di tingkat internasional. Serikat Petani Indonesia menunjuk Tukiyem untuk berangkat ke Filipina pada tahun 2010.

Dialog antarpetani dengan peserta dari berbagai negara itu digelar oleh organisasi tingkat internasional. Dalam ajang internasional itu, Tukiyem menceritakan bagaimana keberhasilannya menggunakan metode SRI dan manfaat penggunaan pupuk organik.

“Saat itu di Filipina lima hari. Saya saat itu juga dapat pelajaran dengan menanam tanaman di polybag dan pemanfaatan halaman rumah untuk menanam tanaman sayur,” ungkap dia.

Tukiyem kembali didaulat untuk mewakili petani Indonesia di ajang internasional di India pada tahun 2013. Saat itu, dirinya diminta untuk menjelaskan mengenai koperasi petani yang ada di desanya. Masing-masing perwakilan dari negara lain juga bertukar pikiran mengenai pengelolaan keuangan kelompok tani.

“Saat itu, saya juga melihat bahwa lahan pertanian di India tidak dimanfaatkan untuk menanam tanaman tetapi membuat tambak garam. Jadi lahan luas diberi air dan kemudian jadi tambak garam. Ini dilakukan karena lahan tersebut tidak layak untuk bercocok tanam,” terang dia.

Tahun 2015, Tukiyem kembali lagi ke Filipina untuk mengikuti agenda khusus petani perempuan. Usai dari Filipina, Tukiyem berdialog mengenai pertanian di Sri Lanka. Di Sri Lanka, ia juga berbicara soal metode tanam SRI.

Perjalanannya ke luar negeri tersebut dianggap sebagai bentuk penghargaan kepada petani. Dia mengaku senang bisa ikut berbagai kegiatan internasional itu. Dirinya pun tidak menyangka sebagai seorang petani bisa keliling ke luar negeri dengan menjadi wakil negara.

Lantaran tidak bisa berbahasa Inggris, Tukiyem pun difasilitasi dengan seorang penerjemah dalam setiap kegiatan di luar negeri. Sehingga proses komunikasi berjalan dengan baik dan pesan-pesan yang inginkan tersampaikan. “Siapa sangka Mas. Saya hanya petani kecil yang ada di desa dan jauh dari akses informasi,” ujar dia.

Dalam setiap perjalanannya ke luar negeri, kata Tukiyem, dirinya harus membuat laporan perjalanan mengenai apa saja yang didapatkan di negara yang dikunjunginya. Karena tidak bisa menggunakan komputer, dia membuat laporan secara manual yaitu dengan cara menuliskannya di kertas. Laporan itu diberikan kepada lembaga yang memberangkatkannya sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya