SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, MADIUN — Perjuangan di jalan Allah tidak hanya dimaknai bertempur di medan perang saja. Namun ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk menegakkan agama Allah.

Salah satunya dilakukan Supriadi, 33, yang menjadi penyuluh agama Islam di Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun. Supriadi mengabdikan diri kepada masyarakat dengan mendidik dan mengajar masyarakat supaya bisa membaca Alquran dengan baik dan benar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perjuangan Supriadi tidak mudah. Berbagai rintangan kerap mengadang mulai dari cemoohan warga hingga minimnya apresiasi dari pemerintah. Meski demikian, ia tetap khidmat menjalani pekerjaan mulia tersebut.

Bapak satu anak itu menceritakan selama ini dirinya mengalami gangguan penglihatan. Kata dokter yang pernah merawat, Supriadi mengidap penyakit bawaan sejak lahir dan penglihatannya tidak bisa normal meski menggunakan kacamata.

Jarak pandang Supriadi hanya sekitar lima meter. Jadi dalam keadaan tertentu, ia memerlukan bantuan orang lain untuk menuntunnya.

Suami dari Nurul Hidayah itu bercerita kerap terjatuh bahkan tercebur di parit saat mengendarai sepeda motor sepulang mengajar warga belajar Alquran. Karena seringnya terjatuh dari kendaraan bermotor, ia pun sampai sudah lupa berapa kali.

“Mata saya ini kan terbatas pandangannya. Pernah suatu ketika saya habis mengajar, terus mengendarai sepeda motor. Di depan saya itu ada orang membawa damen atau batang padi, itu saya tabrak dan saya pun terjatuh,” kata dia sambil terkekeh di sela-sela Jambore Penyuluh Agama Islam Kabupaten Madiun Tahun 2018 di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Madiun, Rabu (5/12/2018).

Sarjana Ilmu Pendidikan Agama Islam itu menambahkan pekerjaannya sebagai penyuluh memang tidak mudah. Supriadi mengaku harus berkeliling di belasan desa di Kecamatan Geger sebagai lokasi penyuluhan. Ada belasan majelis taklim dengan ratusan warga yang harus dibinanya. 

Tugas pokok Supriadi mengentaskan warga yang beragama Islam dari buta huruf Alquran. Jadi sebagian besar warga yang diajar merupakan warga lanjut usia. Sehingga dirinya pun harus bersabar dalam menghadapi warga.

Pekerjaannya sebagai penyuluh agama juga tidak terbatas dalam satu waktu seperti pekerja kantoran maupun guru di sekolah. Penyuluh diwajibkan mendatangi majelis taklim yang diadakan warga. Oleh sebab itu, Supriadi kerap pulang larut malam.

Supriadi mengaku saat ini gajinya sebagai penyuluh sudah meningkat dibandingkan sepuluh tahun lalu atau tahun 2008. Pada tahun itu, ia hanya digaji Rp50.000 per bulan dengan pencairan tiga bulan sekali. Sejak tiga tahun terakhir, gajinya sudah naik menjadi Rp500.000/bulan.

Meski secara nominal meningkat, tetapi nilai tersebut dianggap masih kecil bahkan kurang untuk kebutuhan konsumsi keluarganya. Ia mengaku tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi penyuluh agama.

“Istri saya juga tidak bekerja. Dia menjadi ibu rumah tangga di rumah,” ujar Supriadi.

Namun dia yakin dengan berjuang di jalan Allah nantinya Allah akan mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya. Dan Supriyadi telah membuktikan keyakinannya itu.

“Alhamdulillah selama ini segala kebutuhan tercukupi. Makan juga bisa tiga kali sehari. Saya percayakan kepada Allah,” ujar dia.

Untuk diketahui, Penyuluh Agama Islam merupakan pegawai non-PNS di bawah Kementerian Agama. Selama ini, pemerintah daerah belum turut campur dalam memberikan kesejahteraan bagi tim penyuluh. Harapannya, pemerintah daerah bisa memberikan insentif kepada para penyuluh sebagai bentuk perhatiannya. 

Silakan KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya