SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Kisah inspiratif dari nenek Saminah Sukoharjo.Keterbatasan fisik dan usia yang tak lagi muda tidak menjadi penghalang bagi Saminah, 72, untuk tetap bekerja. Kisah Nenek-nenek asal Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, tersebut mencari rezeki dengan berjualan kerupuk menggunakan kursi roda. Sebagian penghasilannya disisihkan untuk berinfak.

Dalam tayangan Hitam Putih Trans 7, Rabu (17/7/2019), inspirasi Nenek Saminah menceritakan perjuangannya berjualan kerupuk menggunakan kursi roda selama tiga tahun terakhir. Berbeda dengan orang kebanyakan, kursi roda tersebut digerakkan menggunakan satu kakinya ke arah belakang alias berjalan mundur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kalau jalannya maju sakit. Jadi jalannya mundur,” tutur Nenek Saminah dengan terbata-bata kepada host acara Hitam Putih, Deddy Corbuzier.

Meski sudah dilarang keluarga, Nenek Saminah nekat berjualan kerupuk kulit di jalanan. Baginya, berjualan adalah satu cara agar tetap aktif dan produktif. “Kalau di rumah cepat mati. Kalau jualan tambah semangat. Tambah gairah hidup,” sambung Nenek Saminah.

Semangat hidup Nenek Saminah yang luar biasa membuat Deddy Corbuzier terharu. Dia membenarkan prinsip hidup yang dipegang Nenek Saminah bahwa orang yang tidak melakukan pekerjaan apapun cepat mati.

Sejak menderita stroke pada 2016 lalu, Nenek Saminah tidak bisa berjalan dan kesulitan berbicara. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengais rezeki. Dia yang kesulitan berbicara bisa melakukan transaksi dengan pelanggannya tanpa hambatan.

Sehari saya biasanya jualan 40 plastik kerupuk kulit dengan harga Rp10.000 per bungkus. Dari berjualan, untungnya sekitar Rp60.000,” terang Nenek Saminah.

Ada banyak kisah unik dan menarik yang dialami Nenek Saminah selama berjualan kerupuk kulit di jalanan. Mulai dari dikerjai orang, hingga mendapatkan pelanggan yang baik hati. “Pernah kan kalau di jalan itu dikerjai orang. Kursi roda saya didorong dibawa lari,” kelakar Nenek Saminah.

Awalnya, Nenek Saminah menjual kerupuk kulitnya seharga Rp12.000 per bungkus. Namun, dia sering tidak memiliki uang kembalian yang akhirnya membuat si pembeli merelakannya. Karena merasa sungkan, akhirnya Nenek Saminah menurunkan harga kerupuknya menjadi Rp10.000 per bungkus.

Saya sungkan kalau tidak bisa memberi uang kembalian. Jadi saya jual Rp10.000. Malah yang beli tambah banyak. Malah kadang ada yang beli dua bungkus dibayar Rp50.000,” sambung Nenek Saminah.

Pihak keluarga sebenarnya melarang Nenek Saminah berjualan sendirian. Namun, dia nekat berjualan karena ingin tetap aktif bergerak. “Sudah dilarang sama keluarga. Tapi tetap nekat jualan. Ibu senang sekali hasil jualannya bisa dipakai untuk infak,” kata Samto, anak Nenek Saminah, yang sehari-hari berjualan di angkringan.

Samto menambahkan, ibunya adalah orang yang sangat aktif. Nenek Saminah tidak bisa hanya duduk berdiam diri di rumah. Ada saja pekerjaan yang dilakukan meski memiliki keterbatasan fisik. Mulai dari menyapu lantai, mencuci piring, mencuci baju, hingga menjemur pakaian seringkali dilakukannya sendiri.

Ibu ini tidak bisa diam. Ada saja yang dikerjakan. Kadang nyapu, cuci piring, cuci baju juga sendiri,” imbuh Samto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya