SOLOPOS.COM - Madyani, 53, petuga penilik jalan kereta api PT KAI Daops VII Madiun memeriksa jalur dari Stasiun Babadan ke Stasiun Madiun, Kamis (25/5/2017) pagi. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif, petugas penilik jalan memiliki fungsi vital yakni memastikan jalur kereta api aman untuk dilintasi.

Madiunpos.com, MADIUN — Perjalanan kereta api (KA) bisa berjalan lancar salah satunya karena tak adanya gangguan di jalur KA. Untuk memastikan tidak ada batu atau benda lain yang bisa menghambat perjalanan KA, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki petugas penilik jalan kereta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Madyani, 53, salah satu petugas penilik jalan kereta PT KAI Daop VII Madiun mempunyai tanggung jawab mengecek kondisi jalur kereta api dari Stasiun Babadan, Desa Dimong, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, hingga Stasiun Madiun.

Pada Kamis (25/5/2017) pagi, Madyani terlihat mengenakan rompi berwarna oranye dan bertopi. Kemudian dia membawa alat yang terbuat dari besi dan beroda yang diletakkan di rel di Stasiun Babadan. Di alat itu, ada dua kotak berisi berbagai peralatan seperti kunci inggris, palu, sabit, dan lampu. Madyani juga membawa tas ransel berisi bekal makanan dan beberapa berkas.

Ekspedisi Mudik 2024

Selanjutnya, sekitar pukul 06.44 WIB, bapak tiga anak ini melajukan alat itu secara perlahan di rel. Dia berjalan pelan-pelan sambil melihat kondisi rel. Saat ada batu atau besi yang berada di besi rel, dirinya langsung sigap membuangnya.

Terlihat beberapa kali Madyani harus berhenti untuk membuang batu yang ada di rel. Selain itu, ia juga mengeluarkan palu dan memukulkannya di bagian besi rel ketika ada yang sedikit bengkok atau tidak simetris.

“Batu yang ada di atas rel ini sangat membahayakan kereta api. Kalau tidak dibuang, kereta api yang melindas batu itu oleng dan bisa saja terjadi kecelakaan,” kata Madyani di sela-sela bekerja.

Di setiap jembatan yang dilewati rel kereta api, ia juga selalu berhenti dan memastikan kondisinya aman. Saat ada rel yang rusak, Madyani buru-buru melapor ke ke petugas menggunakan handy talky (HT). Ketika ada kerusakan, perjalanan KA akan dihentikan terlebih dahulu.

Setiap hari Madyani harus mengecek jalur kereta api dari Stasiun Babadan ke Stasiun Madiun sebanyak dua kali. Dalam satu kali perjalanan dari Stasiun Babadan ke Stasiun Madiun atau sebaliknya berjarak 8 km dan membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sehingga, setiap hari Madyani harus berjalan untuk menilik jalur kereta api sepanjang 16 km.

Menjumpai Ular

Waktu kerja Madyani terbagi menjadi dua yaitu dari Stasiun Madiun ke Stasiun Babadan mulai pukul 22.00 WIB dan tiba di Stasiun Babadan pukul 00.18 WIB. Sedangkan dari Stasiun Babadan pukul 06.44 WIB dan tiba di Stasiun Madiun pukul 08.18 WIB.

“Waktu bekerja saya di jalur kereta api yaitu harus dua jam, tidak boleh lebih. Saya tidak boleh lambat juga tidak boleh terlalu cepat. Kalau saya lama saat menilik jalan, berarti ada apa-apa,” ujar warga Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, itu.

Dia mengaku sudah empat tahun terakhir melakoni sebagai petugas penilik jalan (PPJ) ini. Sebelum menjadi PPJ, ia sudah bertahun-tahun ditempatkan di berbagai posisi di Daop VII Madiun. Gaji menjadi petuga penilik jalan, kata dia, Rp4 juta sampai Rp5 juta per bulan.

Selama menjadi petugas penilik jalan, Madyani mengaku kerap menjumpai ular yang melintas di rel kereta. Hal ini karena di sepanjang jalur Stasiun Babadan dan Stasiun Madiun di sisi kanan dan kirinya terdapat area persawahan.

“Khususnya kalau malam memang terkadang ada ular yang melintas di jalur. Selain itu, terkadang juga terjatuh karena ada batu yang membuat alatnya tidak bisa jalan membuat saya jatuh,” jelas suami Eni Winarti ini.

Pada saat hujan, ia juga harus tetap bekerja menyusuri jalan kereta api itu. Bahkan ia harus berangkat lebih awal untuk memastikan rel kereta api tidak mengalami masalah apa pun.

Madyani memiliki tiga anak yaitu Alif Nur Hidayah, 26, lulusan UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Muhammad Abid Hidayatullah, 24, lulusan ITS Surabaya, dan Muhammad Amrullah Ridho, 16, baru lulus SMA dan hendak melanjutkan ke ITS Surabaya.

Dia bersyukur dari penghasilannya sebagai penilik jalan bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga perguruan tinggi. “Ya alhamdulillah, penghasilan saya saat ini lumayan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Karena sebelumnya saat menjadi cleaning service di Daops VII beberapa tahun lalu saya hanya bergaji Rp700.000,” jelas dia.

Manajer Humas PT KAI Daops VII Madiun, Supriyanto, menutukan petugas penilik jalan ini bertugas melakukan pemeriksaan dan melaporkan kondisi rel ketika ada kerusakan. Di Daops VII Madiun ada sebanyak 50 PPJ yang bertugas memeriksa rel.

Menurut dia, petugas penilik jalan ini memiliki tugas yang sangat penting untuk keamanan perjalanan kereta api. Setia petugas harus mengecek ada tidaknya gangguan rel yang bisa menyebabkan perjalanan kereta api terganggu.

Setiap petugas penilik jalan dibebankan memeriksa jalur sepanjang 8 km. Namun, ketika jarak antara dua stasiun lebih dari 8 km, maka akan ada dua petugas penilik jalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya