SOLOPOS.COM - Proses pembuatan sandal di rumah Sunaryo, warga Dusun Berbah, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Rabu (18/2/2015) lalu. (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani)

Kisah inspiratif kali ini datang dari warga Sleman. Sunaryo bertekat mengembalikan kartu miskin Sejak Merintis Usaha Kerajinan Sandal

Harianjogja.com, SLEMAN-Pada 2013, Sunaryo, warga Dusun Berbah, Tegaltirto, Berbah mengembalikan kartu miskin yang dia punya. Keberanian itu kini membawanya sukses menjadi pengusaha kerajinan sandal dengan omzet puluhan juta per bulan.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Tekad untuk beranjak dari predikat miskin didapatkan Sunaryo setelah mengikuti bimbingan dari Tim Penanggulangan Kemiskinan (TPK) Desa Tegaltirto dan Kecamatan Berbah.

“Waktu itu ada 28 orang yang ikut bimbingan. Mengembalikan kartu miskin itu kesadaran masing-masing saja karena kita merasa masih ada kalangan yang lebih membutuhkan,” ucapnya, Rabu (18/2/2015) lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan modal awal berupa pinjaman lunak sebesar Rp4 juta, Sunaryo memulai usaha di rumah.

“Pasar pertamanya dulu dititipkan ke Malioboro, Pasar Magelang, dan Pasar Prambanan. Itu berjalan selama sekitar satu tahun,” ungkapnya.

Melihat ada peluang dan banyaknya permintaan, Sunaryo mulai memproduksi sandal hotel pada tahun kedua. Saat ini, setidaknya ada 20.000 pasang sandal hotel yang dikirim ke Bandung, Jawa Barat dan 10.000 pasang lainnya yang dipesan hotel-hotel di Semarang, Jawa Tengah setiap bulan.

“Hotel di Jogja malah belum. Sudah ada teman lain yang sasarannya di Jogja. Kami cari pasar lain karena tidak mau rebutan pasar,” ujar pria berusia 43 tahun tersebut.

Sepasang sandal hotel dijual dengan kisaran harga Rp2.000 – Rp12.000, tergantung bahan lapisan alasnya. Keuntungan yang diambil mencapai 10 persen. Soal omzet, Sunaryo mencoba menjelaskan hitungan sederhananya.

“Misalnya sebulan ada 30.000-40.000 pasang. Kalau dibuat sama dengan harga terendah Rp2.000, berarti bisa sekitar Rp80 juta. Kalau pakai harga Rp12.000, mungkin bisa dihitung sendiri,” katanya sumringah.

Sejauh ini, Sunaryo belum menemukan kendala berarti. Bahan baku bisa dia dapat dengan mudah dari sekitar Jogja atau dikirim dari Bandung.

“Setiap tiga bulan sekali, juga ada koordinasi dengan TPK dari tingkat kecamatan dan desa terkait pengembangan usaha,” ucapnya.

Sunaryo tidak mau sukses sendiri. Sebanyak 10 pengrajin yang saat ini membantunya memproduksi sandal berasal dari kalangan keluarga miskin.

“Memang kita prioritaskan ke teman-teman yang belum mentas miskin. Siapa saja boleh. Nanti kalau sudah merasa mampu buka usaha sendiri ya silakan,” kata dia kemudian.

Menurut Sunaryo, sebenarnya banyak pemegang kartu miskin yang seharusnya masih produktif. Keterampilan pun bisa dilatih melalui banyak cara. Namun, mental yang dimiliki belum cukup kuat sehingga mereka tidak berani keluar dari lingkaran kemiskinan.

“Saya pikir banyak yang ingin mentas miskin tapi masih takut kalau tidak berhasil. Namun saya percaya, selalu ada jalan untuk tekad yang baik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya