SOLOPOS.COM - Ketua Kelompok Wanita Tani Ternah (KWTT) Sri Handiri, Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Klaten, menunjukkan produk hasil olahan susu sapi, Rabu (17/1/2018). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif, KWTT Sri Handini Klaten mengolah susu sapi menjadi produk jajanan dan sabun.

Solopos.com, KLATEN – Ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani ternak (KWTT) Sri Handini, Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, mengolah susu menjadi aneka jajanan hingga sabun. Pengelolaan itu dilakukan sejak 2012 lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua KWWT Sri Handini Jatinom, Tukinem, 58, mengatakan pembentukan KWTT Sri Handini yang memiliki arti ratu sapi itu bermula ketika hasil produksi susu sapi tak sebanding dengan biaya pakan ternak. Saat itu, harga 1 liter susu sapi Rp3.000.

“Untuk harga pakannya saat itu saya kurang tahu pasti. Yang jelas hasilnya itu tidak sebanding dengan biaya pakan. Kemudian dari suami saya, Pak Darmo [ketua Kelompok Ternak Glagah 1, Desa Glagah] ada ide untuk mengajukan ke dinas berupa pelatihan pengolahan susu. Ide itu disetujui dan mendapat bantuan berupa pelatihan serta peralatan untuk mengolah susu,” kata Tukinem saat ditemui tempat produksi olahan susu, Dukuh Karangsalam, Desa Glagah, Rabu (17/1/2018).

Dari pelatihan itu, KWTT mulai memproduksi olahan susu sapi. Produk olahan susu itu berupa makanan ringan seperti stik, es susu, puding, permen, susu segar, hingga sabun dengan harga jual berkisar Rp2.500 hingga Rp13.000. Ada tujuh anggota kelompok yang selama ini aktif memproduksi olahan susu.

Susu digunakan untuk satu kali proses produksi sebanyak 100-150 liter. Namun, proses produksi belum dilakukan saban hari. Produksi dilakukan saat ada pesanan atau kunjungan ke KWTT serta kegiatan bazar. Kunjungan rata-rata berasal dari TK, PAUD, serta instansi.

“Sebulan itu tidak pasti jumlah kunjungannya. Rata-rata sampai tiga kali kunjungan. Memang kendala kami masih dalam pemasarannya. Harapan kami semakin banyak masyarakat yang suka dengan produk olahan susu,” katanya.

Ketua Kelompok Ternak Glagah 1 Desa Glagah, Darmo Wiryono, mengatakan Desa Glagah termasuk pusat peternak sapi perah di Klaten. Jumlah total ternak milik warga mencapai 300 ekor dan kebanyakan tersebar di Dukuh Karangsalam dan Notoprajan.

Sebagian ternak warga dipelihara di kandang komunal milik kelompok ternak hasil bantuan pemerintah sejak 2011 lalu. “Kalau di kandang komunal itu ada 50 ekor sapi. Jadi ada yang diternak di rumah ada yang ditempatkan di kandang komunal,” urai dia.

Satu ekor sapi, saban hari bisa menghasilkan susu sekitar 15 liter. Dari hasil olahan susu itu, sebagian diolah melalui KWTT dan dijual melalui Koperasi Unit Desa (KUD) Jatinom. “Untuk yang disetor ke KUD merupakan sisa dari susu yang diolah melalui KWTT. Hasil produksi susu juga disalurkan ke pedagang susu seger,” katanya.

Kepala Desa Glagah, Sumedi Waluyo, mengatakan peternakan sapi perah serta pengolahan produksi susu menjadi potensi wisata yang dimiliki Desa Glagah. Pengembangan potensi itu dilakukan sejak 2015 lalu dengan datangnya warga dari berbagai daerah ke Glagah untuk belajar tentang peternakan sapi perah hingga proses produksi hasil olahan.

“Ada dinas yang Riau belajar ke sini. Ada juga dari Gunungkidul serta Sragen. Ternak sapi ini menjadi potensi wisata edukasi,” urai dia.

Sumedi menuturkan pengelolaan potensi wisata edukasi bakal dilakukan melalui badan usaha milik (BUM) desa yang tahun ini mulai dibentuk.

“Kalau mimpinya itu ingin membuat rumah ternak. Jadi, tidak hanya kunjungan langsung pulang. Pengunjung bisa menginap di Desa Glagah dan menikmati suasananya sambil belajar peternakan sapi perah,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya