SOLOPOS.COM - Sukamto (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif, polisi Wonogiri ini sukses menjadi pengekspor bahan baku janggelan.

Solopos.com, WONOGIRI — Kasat Binmas Polsek Karangtengah Polres Wonogiri Aiptu Sukamto mempunyai usaha sampingan sebagai eksportir bahan baku janggelan atau cincau hitam. Meski baru menggeluti bisnis itu selama empat tahun, Sukamto sudah berhasil mengembangkannya dari modal awal hanya Rp20 juta menjadi beromzet Rp2 miliar per bulan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sukamto menceritakan pada enam bulan pertama memulai usaha itu, dirinya sudah mendapatkan pembeli dari Thailand. Setelah itu, ia mendapatkan pelanggan lain dari Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Dalam sebulan, ia bisa mengimpor daun dan batang janggelan mencapai 40 ton ke empat negara itu.

Sementara untuk pengiriman ke luar kota antara lain ke Surabaya, Jakarta, dan Sumatra hanya 7 ton. Dia mengaku membeli bahan baku janggelan seharga Rp18.000/kg dari para petani maupun pengepul.

“Saya jual dengan harga 2,8 dolar kalau di luar negeri. Harga tersebut karena untuk menutup biaya transport dan lainnya,” jelas Sukemto ketika berbincang dengan  di kantornya, Kamis (15/6/2017).

Menurutnya, bahan baku janggelan yang berasal dari wilayah Wonogiri merupakan janggelan terbaik di dunia. Sebab, lanjut dia, janggelan hanya ada di Indonesia dan Vietnam. Padahal, janggelan Indonesia lebih baik dari janggelan di Vietnam. Di Indonesia, janggelan terbaik berada di Wonogiri dibandingkan lima tempat lain, yakni Purbalingga, Bogor, Magetan, Pacitan, dan Trenggalek.

“Selain kata orang Thailand dan Taiwan, saya juga membuktikan sendiri. Saya melakukan study banding di Thailand dan Malaysia, janggelan yang saya kirim lebih baik daripada janggelan dari Vietnam. Perbedaan itu disebabkan karena faktor kontur tanah dan ketinggian,” beber warga Timbangan, RT 001/RW 001 Karangtengah, Karangtengah, Wonogiri itu.

Janggelan atau Cincau HItm. (epochtimec)

Janggelan atau Cincau Hitam. (epochtimec)

Sukamto prihatin dengan potensi janggelan Wonogiri namun belum bisa dimaksimalkan dengan baik oleh Pemkab setempat. Menurutnya, janggelan yang merupakan ikon dan aset daerah bisa lebih dimaksimalkan, salah satunya yaitu dengan membuat pabrik minuman cincau kaleng.

“Saat ini, cincau kaleng di supermarket atau di toko berasal dari luar negeri, padahal mereka beli bahan bakunya dari sini. Mereka beli murah, mereka olah, dan di jual kembali dengan harga mahal. Kenapa tidak kita olah sendiri dan mengangkat nama Wonogiri,” imbuh bapak tiga anak itu.

Oleh karena itu, dia berharap agar Pemkab Wonogiri bisa membantunya untuk membuat pabrik minuman cincau kaleng. Saat ini, dia  merintis pengolahan janggelan menjadi cincau hitam di Jakarta. Namun, hal tersebut dilakukan untuk persiapan pembangunan pabrik minuman cincau kaleng di Wonogiri. “Ini baru tahun kedua saya melakukan pengolahan di Jakarta. Selain itu, Jakarta hanya batu loncatan saja untuk industri yang lebih besar di Wonogiri. Ilmunya saya dapatkan dari Thailand, saya terapkan dulu di Jakarta, berhasil,” ujarnya.

Sementara itu, istri Sukamto, Sri Wahyuni menambahkan industri pengolahan cincau hitam di Jakarta sudah hanya musiman yakni saat Ramadan, karena tingginya permintaan cincau. Namun, saat Ramadan janggelan kering yang akan dikirim ditampung dulu di gudang karena khawatir adanya larangan muatan berat seperti kontainer beroperasi jelang Lebaran. “Biasanya ramai terus tempat sortirnya, bisa mencapai 25 orang yang menyortir janggelan di sini. Kadang di Baturetno, tempat gudangnya juga ada penyortiran,” imuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya