SOLOPOS.COM - Pasangan yang pertamakali berhasil menjalani tranplantasi rahim (Dailymail)

Kisah inspiratif mengenai teknologi kedokteran terbaru.

Harianjogja.com, INGGRIS— Malin Stenberg baru berusia 15 tahun ketika dia diberi tahu dilahirkan tanpa memiliki rahim. Sejak saat itu dia mengetahui tak akan memiliki anak kandung.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Namun dia telah merasakan keajaiban menjadi ibu. Sebab dia menjadi perempuan pertama yang memiliki bayi setelah menjalani transplantasi rahim.

Stenberg, 38, pun berbagi kisah inspiratif ini untuk memberikan motivasi bagi perempuan lain.

“Jika Anda ingin memiliki sebuah keluarga tetapi tak dapat melakukan secara alami, apapun penyebabnya, hal itu sangat menyedihkan,” kata dia seperti dikutip dari Dailymail, Minggu (12/6/2016).

“Kebahagian dapat diartikan memiliki keluarga, tak masalah jika Anda mendapatkan dengan menjalani transplantasi rahim, adopsi atau sesuatu yang lain. Semua ini keajaiban,” terangnya.

Tranplantasi rahim membuahkan hasil (Dailymail)

Tranplantasi rahim membuahkan hasil (Dailymail)

Sekitar tiga tahun lalu, Stenberg mendapatkan donor rahim dari teman seorang saudaranya, dia lalu menjalani program transplantasi di Universitas Gothenburg, Swedia, pendiri program tersebut. Setelah 20 bulan, dia membuat sejarah dengan melahirkan seorang anak, Vincent.

Transplantasi rahim sebenarnya telah diujicoba sebelumnya tetapi gagal. Keberhasilan baru hadir dengan kelahiran Vincent. Ketika melihat buah hatinya bermain golf mainan di rumahnya, di dekat Gothenburg, Stenberg menuturkan gambaran ini mengingatkannya akan masa remaja saat divonis menderita sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH). seniaj kondisi genetik yang mengakibatkan dia tak memiliki rahim.

“Sebenarnya saat itu saya tak siap mendengarnya, ” kata dia. “Saya berpikir saya tidak akan dapat menggendong anak saya sendiri, sedangkan perempuan diciptakan dengan rahim untuk mengandung dan melahirkan. Saya merasa yang saya alami tak adil. Saya mencintai anak-anak dan bayi. Saya ingin mengalami hal ini. Saya pantas mendapatkan. Saya merasa kesepian.”

Karena alasan ini, dia memupuskan harapan memiliki anak dan menyibukkan diri menjadi perempuan karier, menjadi pedagang di industri penerbangan.

Semua berubah ketika dia bertemu dengan tunangannya, Claes Nilsson ketika dia berusia 30 tahun. Dia menceritakan semua mengenai situasi yang dialami sejak awal berhubungan dan dia pun bersumpah akan mencari jalan membuat mereka menjadi sebuah keluarga.

Pasangan ini pun mencari opsi adopsi dan surrogacy [opsi menitipkan embrio di rahim perempuan lain]. Tak lama, mereka mengikuti proyek transplantasi rahim di Universitas Gothenburg.

Kebanyakan sukarelawan program ini mendapatkan rahim dari ibu kandung. Namun Stenberg mendapatkan donor dari saudarannya yang berusia 61 tahun, Ewa Rosen.

Setelah transplatasi rahim sukses dilakukan, Stenberg menjalani perawatan In vitro fertilisation (IVF) dan menjadi hamil dalam percobaan pertama. Dia dan Claes, 40, kemudian menjalani perawatan kehamilan “di dalam cangkang”. Anak mereka lahir prematur dua bulan sebelum usia persalinan normal.

Pasangan ini memilih nama Vincent yang diambil dari bahasa Latin yang berarti menaklukan, untuk mengingatkan langkah panjang yang dilakukan untuk mendapatkan bayi tersebut.

Stenberg mengatakan,”Ketika saya menggendongnya untuk pertamakali, semua sangat ajaib. Saya langsung dapat merasakan dia adalah bayi saya. Semua sungguh alami. Kami benar-benar memiliki keluarga sekarang.”

Setelah kelahiran Vincent, lahir pula empat bayi lain dari program ini, tiga laki-laki dan satu perempuan. Dari keberhasilan ini, sejumlah negara pun merilis program serupa.

Kepala Yayasan Transplantasi Rahim di Inggris sekaligus dokter bedah, Richard Smith akan melakukan serangkaian tindakan serupa di tempat ini. Di Inggris diperkirakan ada 15.000 perempuan yang lahir tanpa rahim atau memiliki rahim tetapi terpaksa diambil karena mengalami kanker atau penyakit lain.

Vincent mungkin tidak memiliki adik perempuan atau laki-laki meski ibunya memiliki rahim baru. Sebab kehamilan kedua bagi perempuan yang menjalani tindakan ini berisiko besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya