SOLOPOS.COM - Aluisius Angga Putra Wardana atau Angga, 23, menunjukkan hasil karya di Salak, Giripurwo, Wonogiri, Sabtu (7/10/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Seorang pemuda Wonogiri mengembangkan berbagai kerajinan setelah keluar dari penjara.

Solopos.com, WONOGIRI — Benang jahit, resleting celana jeans, batok, bekas kartu perdana telepon, dan residu tembakau rokok di tangan Aluisius Angga Putra Wardana bisa dibuat menjadi cincin, gelang, dan gantungan kunci cantik hanya dengan pisau, lem, dan amplas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keterampilan itu didapat lelaki 23 tahun yang kini tinggal di Gondang Kulon RT 001/RW 005, Purwosari, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, tersebut bukan dari belajar khusus dari seseorang atau bahkan kuliah seni rupa, melainkan autodidak.

Saat ditemui di rumah orang tuanya di Jl. Salak I Lingkungan Salak, Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Sabtu (7/10/2017), Angga menceritakan keterampilannya lahir dari kondisi sulit saat menjalani hukuman penjara di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Wonogiri atas kasus kenakalan remaja, beberapa tahun silam.

Keinginan membeli makanan yang lebih enak di rutan membuat Angga harus memeras otak agar bisa menghasilkan uang. Di sisi lain di rutan hanya ada sisa bambu yang dibuat tahanan lain menjadi kursi.

Dari keadaan itu dia mendapat ide mengubah limbah bambu menjadi miniatur kapal layar seukuran korek api gas. Karena tak memiliki model untuk ditiru, Angga hanya mengandalkan imajinasinya. Hanya dengan menggunakan pisau dan lem Angga mampu membuatnya.

“Hasil karya saya dibeli tahanan-tahanan lain untuk keluarga mereka. Dari situ saya mendapat sedikit uang,” kata anak bungsu Yuliana, 45, itu.

Seiring merambatnya waktu, kreativitasnya terasah dan menjadi modalnya menjemput rezeki setelah bebas akhir 2013 lalu. Dengan arahan sang ibu, Angga berhasil menelurkan karya kerajinan dari benda di sekitarnya.

Selain dapat dibuat menjadi cincin dan gelang, benda-benda itu bisa diubahnya menjadi gantungan kunci dan asbak. Hasil karyanya dia jual di ajang car free Sunday (CFS) Wonogiri di Jl. Jenderal Sudirman depan Pasar Kota seharga Rp5.000-an/item.

Setahun terakhir dia fokus membuat kerajinan ornamen lampu dinding, meja, dan tempat tisu dibantu istrinya, Putri Nuryani, 20. Semua 100% dari bambu yang dibuat secara manual.

Dia pernah pula membuat hiasan lampu gantung. Dia membuatnya hanya berdasar pesanan karena keterbatasan modal dan pekerja. Selama ini dia hanya memasarkan melalui Facebook dan Whatsapp Messenger (WA).

Kebanyakan karyanya dibeli untuk ornamen restoran, kafe, dan suvenir. Terbaru, restoran cukup terkenal di Wonogiri, Padi Resto, memesan puluhan lampu dinding dan tempat tisu. Sebelumnya dia memenuhi pesanan dari Jakarta dan Karanganyar.

Angga mematok harga hiasan lampu dinding Rp250.000/item, hiasan lampu meja Rp200.000/item, tempat tisu Rp30.000/item untuk ukuran kecil dan Rp60.000/item untuk ukuran besar.

Ibunya, Yuliana, tak pernah berhenti memberi semangat anak keduanya itu. Dia bangga Angga bisa mengembangkan potensi meski sejak kecil tanpa dibimbing ayahnya.

Menurut Yuliana, Angga memiliki bakat seni rupa sejak kecil. Dia kerap menjadi juara lomba melukis. Hingga sekarang pun Angga masih menerima pesanan lukisan dari pensil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya