SOLOPOS.COM - Elanto Wijoyono (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Kisah inspiratif berikut mengenai perjuangan Elanto Wijoyono.

Harianjogja.com, JOGJA-Masih ingat dengan aksi Elanto Wijoyono yang mencegat konvoi motor gede (moge) di Jogja, beberapa waktu lalu? Pria berusia 32 tahun itu kembali menjadi perbincangan karena aksinya yang menggugah video dugaan pungutan liar oleh polisi penjaga Pos Simpang Pojok Benteng (Jokteng) Wetan, 3 Oktober lalu. Elanto mengaku aksi-aksinya merupakan bagian dari perjuangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Video tersebut menjadi ramai diperbincangkan di media sosial karena menunjukan beberapa sopir truk yang masuk Kota Jogja sempat berhenti dan menghampiri polisi sebelum melanjutkan perjalanan. Video tersebut dimaknai sebagian orang sebagai upeti sopir truk kepada polisi, karena truk dilarang masuk Kota Jogja pukul 06.00 WIB-17.00 WIB.

Polresta Jogja sudah membantah tudingan pungutan liar tersebut. Namun Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Jogja, Kompol Sugiyanta berterima kasih kepada warga yang mengkritik kepolisian demi perbaikan kinerja.

Elanto selama ini dikenal sebagai aktivis yang bergerak di bidang sosial. Ia terlibat dengan berbagai komunitas warga, seniman, dan kelompok masyarakat lainnya. Ia juga kerap memberikan pendampingan perangkat desa. Saat ini dia bergabung di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Combine yang bergerak dalam isu keterbukaan informasi publik.

Elanto juga pernah melaporkan Pemerintah Kota Jogja karena pembangunan hotel merusak cagar budaya di Jalan Pajeksan, Jogja. Dari laporan Elanto tersebut, Lembaga Ombudsman DIY menemukan adanya dugaan maladministrasi yang dilakukan Pemerintah Kota Jogja.

Meski kerap mengkritik institusi pemerintah, Elanto mengaku tidak benci dengan polisi atau pejabat pemerintah.

“Saya jengah kalau ada pelanggaran hukum dibiarkan, apalagi di ruang publik,” ucap Elanto saat ditemui di kantornya di Sewon, Bantul, Rabu (7/10/2015).

Bagi Elanto, sejumlah aksinya, mulai dari mencegat rombongan moge hingga mengunggah dugaan pungutan liar oleh polisi kepada sopir truk merupakan bagian dari perjuangannya. Ia mengaku merasakan kegelisahan dalam hidupnya saat melihat ketidakadilan maupun ketidaksesuaian yang dilakukan oleh aparat pemerintah kepada rakyatnya.

“Ketika pengawasan negara tidak maksimal, warga harus ikut mengawasinya,” ucap dia.

Ia menyadari, gertakan-gertakan yang dia lancarkan bakal menyinggung sejumlah orang atau kelompok. Ia juga memahami jika ketersinggungan itu berbuah menjadi ancaman. Namun baginya hal itu merupakan tantangan dari sebuah ikhtiar untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Dia juga mengaku tak sendirian saat mengkritik lembaga pemerintah. Menurutnya, sebenarnya sudah banyak aksi serupa yang dilakukan masyarakat melalui berbagai media, baik media sosial, maupun melalui cara-cara formal dengan melapor langsung kepada penegak hukum.

“Banyak warga yang sudah melakukan aksi serupa, tetapi dengan cara yang berbeda,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya