SOLOPOS.COM - Firna Larasati (tengah) berfoto bersama kedua orang tuanya, Misianto (kanan) dan Siti Siswati (kiri) dalam acara pelepasan wisuda Unnes di Auditorium Unnes, Gunungpati, Semarang, Rabu (27/7/2016). Firna yang merupakan anak pemulung berhasil lulus secara cumlaude. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kisah inspiratif kali ini dari Semarang, seorang gadis, putri seorang pemulung dan buruh cuci, bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude.

Semarangpos.com, SEMARANG — Mata Misianto tampak berkaca-kaca setiap kali mendengar nama putrinya, Firna Larasati, disebut lewat pengeras suara dalam acara pelepasan wisudawan di Auditorium Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (27/7/2016) pagi. Ia tampak terharu dan tak menyangka jika putrinya bisa menyandang predikat sebagai salah satu lulusan terbaik Unnes.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Misianto mengaku tak pernah menyangka putrinya bisa meraih gelar sarjana, bahkan meraih predikat Cumlaude dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,77. Tokoh dalam kisah inspiratif ini, sehari-harinya hanyalah seorang pemulung, sementara istrinya merupakan buruh cuci.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya bangga dan tadi sempat menangis sama ibu, karena sebagai orang tua, pangkat saya ini hanya tukang rosok. Kok anak bisa berhasil seperti ini,” ujar Misianto saat dijumpai wartawan di sela-sela prosesi wisuda di Auditorium Unnes Semarang, Rabu siang.

Misianto yang sudah menekuni pekerjaan sebagai pemulung selama 15 tahun itu memang tak membayangkan sebelumnya bisa menyekolahkan anaknya hingga lulus S1. Maklum, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, pria berusia 47 tahun itu sering kali kesulitan.

Demi memperbaiki rumahnya yang reot di Karanggeneng, Kelurahaan Suur Rejo, Kecamatan Gunungpati pun Misianto belum mampu. Hingga saat ini, keluarga itu masih tinggal di rumah yang belantaikan tanah dan berdinding papan serta triplek.

Sementara itu, Firna merasa tidak canggung dalam menuntut ilmu. Meskipun berasal dari keluarga tidak mampu yang memiliki keterbatasan ekonomi, hal itu justru menjadikannya sebagai motivasi. Bahkan dengan keterbatasan itu, perempuan berusia 21 tahun itu mampu menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Unnes hanya dalam rentang waktu tiga tahun 10 bulan.

Demi mencapai keberhasilan , Firna harus bekerja ekstra keras. Ia bahkan tak jarang membantu ayahnya memulung dan mengumpulkan kertas maupun koran bekas dari teman-temannya untuk dijual kembali. “Kalau bantu bapak [memulung], biasanya pas pulang kuliah. Ya pungut sampah dan memilih rongsokan yang bisa dijual,” ujar Firna.

Selain membantu ayahnya mengumpulkan rongsokan, Firna juga acap memanfaatkan waktu luangnya bekerja di sebuah toko perkebunan. Hal itu semata-semata dikerjakan untuk mendapat tambahan uang untuk membiaya kuliahnya. “Ya harus pontang-panting cari biaya kuliah, karenanya harus bantu bapak juga. Selama kuliah, saya pernah bekerja jadi pemetik cengkeh, penjaga toko, pokoknya apapun saya lakukan agar bisa lulus,” terangnya.

Selain lulus dengan predikat cumlaude, Firma melengkapi kisah inspiratifnya dengan skripsi berjudul Marketing Politik Pasangan Calon Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, dan Calon Wakil Wali Kota, Hevearita Gunaryati yang menjadi skripsi terbaik. Firna mengaku skripsi itulah yang menjadi salah satu faktor hingga ia bisa mendapat nilai tertinggi. “Enggak menyangka saja, waktu bikin skripsi itu bertemu Pak Hendi [sapaan Hendrar Prihadi]. Saat itu kebetulan saja, saya lagi berada di Kantor DPRD Semarang,” imbuhnya.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya