SOLOPOS.COM - Dandenhanud 474 Paskhas TNI AU Letkol Pas Habdul Manan (paling kiri) bersama istri dan kedua anaknya di markas Dandenhanud 474. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Kisah inspiratif dari Komandan Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 474 Paskhas TNI AU, Letkol Pas Habdul Manan yang mendidik anaknya dnegan prinsip demokrasi

Harianjogja.com, SLEMAN- Sebagai prajurit TNI Letkol Pas Habdul Manan memiliki tugas membela negara, berpindah dari satu daerah ke lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keluarga tentara kerap dicap sebagai keluarga dengan pendidikan keras. Tetapi justru itu tidak sepenuhnya berlaku bagi pria yang sehari-hari menjabat Komandan Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 474 Paskhas TNI AU, Letkol Pas Habdul Manan.

Ia mendidik kedua anaknya, Novan Andhika Wirashena yang duduk di bangku SMP dan Sherly Intan Permatasari kelas 2 SD dengan penuh demokrasi sejak semasa bayi. Hasilnya, kini keduanya sudah memiliki benih kemandirian.

“Saya tinggal di Jogja bersama istri, tapi kedua anak saya tinggal di Bandung hanya dengan tetehnya [pembantu],” ungkap alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogja ini saat berbincang dengan Harian Jogja, baru-baru ini.

Ia tidak khawatir meski kedua anaknya tinggal di Komplek Lanud Sulaiman Bandung hanya bertiga dengan seorang yang membantunya. Bahkan kepercayaan kepada anak telah ditanamkan sejak dini sampai taraf memanajamen uang. Karena itu ia membiasakan kepada anaknya, Novan untuk mengurus kebutuhan rumah tangga.

Mulai dari memberi uang saku untuk adiknya, membeli keperluan dapur sampai menggantikan ibunya ikut membayar arisan. Manan bahkan tak khawatir jika uang tersebut akan habis untuk jajan anaknya.

“Saya beri pengertian kalau [uangnya] cepat dihabiskan berarti cepat kelaparan, tapi kalau hemat berarti bisa beli apa-apa. Rupanya dia memilih hemat,” ujarnya.

Novan yang juga siswa SMP N 1 Margahayu pun sudah terbiasa berjauhan dengan kedua orangtua. Alasannya setiap saat bisa berkomunikasi melalui ponsel saat di rumah. Ia selalu menurut setiap pesan kedua orangtua.  Selain itu sejak kecil ia sudah diajari untuk mandiri. Bahkan hambatan yang terjadi saat di rumah berusaha ia pecahkan.

“Pernah juga pompa air mati, saya hubungi teman papa yang di sana, lalu cari tukang dan bisa dibenerin,” ujarnya putra pertama Letkol Habdul Manan yang tengah berlibur ke Jogja.

Lain lagi dengan Sherly, ia tetap merasa percaya diri jauh dari kedua orangtua karena memiliki banyak teman di rumah dan sekolah yang baik-baik. Bocah yang menduduki peringkat pertama di kelasnya ini mengaku tak khawatir saat pagi sebelum berangkat ke sekolah tanpa ada orangtua.

Ia juga sudah terbiasa memakai pakaian sendiri meski baru duduk di bangku kelas dua. Jika butuh suatu pertolongan ia meminta kepada kakaknya lebih dahulu, jika tidak bisa baru ke tetehnya. “Ada tetangga juga baik-baik,” ujar siswa SDIT An-Ni’mah, Margahayu, Bandung ini.

Bagi Letkol Manan pendidikan keluarga sangat penting. Sejak dini kedua anaknya telah dipersiapkan potensinya. Ia hanya memfasilitasi sembari memberikan kebebasan tapi dengan banyak batasan. Referensi psikologi rupanya banyak dilalap perwira ini. Memberikan kepuasan kepada anak bagi dia adalah cara ampuh agar anak tidak ngeyel dan suka membantah.

“Penuhi dulu kebutuhan anak, kalau membatasi beri penjelasan mana yang boleh dan saya tidak pernah memarahi anak,” kata mantan Ajudan Kasau Marsekal Sutria Tubagus di era 1996 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya