SOLOPOS.COM - Dosen Teknik Geodesi UGM, I Made Arsana (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif berikut mengenai cerita yang ditulis Dosen Teknik Geodesi UGM.

Harianjogja.com, JOGJA — Kisah inspiratif tentang seorang pemuda yang menolak beasiswa S3 demi menjadi guru di pelosok Indonesia ternyata fiktif. Cerita yang menuai simpati dari warganet ini ditulis Dosen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM), I Made Andi Arsana. Di kisah tersebut, Andi merupakan ayah dari tokoh utama, Alif. Lalu apa motivasi Andi menulis cerita ini?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ditemui Harianjogja.com di ruang kerjanya, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Urusan Internasional UGM ini mengatakan semua ini bermula dari pengamatannya.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya sering mengikuti wisuda, selama berkantor di sini [UGM], [banyak] orang foto setelah wisuda, saya lihat mereka bersenang gembira. Itu [upacara wisuda] mengingatkan pada diri saya sendiri. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah, [terutama] bagi saya dosen UGM ini, kami perlu mengingat lagi bahwa wisuda [adalah momen] istimewa,” terangnya, Senin (28/8/2017).

Baca Juga : KISAH INSPIRATIF : Tolak Beasiswa S3 di Australia, Pemuda Ini Pilih Jadi Guru di Pelosok Indonesia

Bagi sebagian orang, wisuda merupakan hal biasa. Bisa karena dalam keluarga besar mahasiswa tersebut rerata lulusan perguruan tinggi atau mungkin karena acara pelepasan ini sudah beberapakali diikuti. Sehingga mereka memandang wisuda sebatas upacara kelulusan belaka.

Di sisi lain, ada orang-orang yang mungkin merasakan sangat tersentuh dengan momen ini. Sebab kesempatan tersebut baru pertama kali dirasakan di dalam keluarganya.

“Kami perlu mengingat lagi, bisa jadi orang itu generasi pertama yang terdidik di keluarganya. Karena dia dari keluarga yang betul-betul miskin, belum pernah melihat wisuda. Kisah ini, selalu ada di UGM, bahkan di kampus manapun,” terangnya.

Untuk mewadahi potensi mahasiswa yang berprestasi tersebut, kampus menyediakan sejumlah beasiswa, termasuk bidik misi yang disediakan pemerintah.

Namun, kata dia, gejolak orang menuntaskan pendidikan tidak berhenti saat wisuda. Kegalauan banyak dialami setelah wisuda. Baik saat mereka harus memilih antara mendapat beasiswa S2, S3 ke luar negeri atau bekerja. Ada juga juga yang merasakan kegembiraan luar biasa karena mendapat pekerjaan yang diinginkan dan merasakan perbedaan yang luar biasa dalam diri maupun keluarga. Atau mungkin juga ada yang sulit mendapatkan pekerjaan, begitu dinyatakan bergabung dalam sebuah perusahaan tetapi mendapat gaji yang kecil.

“Semua perbedaan itu saya rangkum dalam sebuah cerita. Diilhami fakta yang saya lihat sendiri. Mengenai nama dll, saya kemas sendiri. Mengenai sujud syukur karena anaknya menjadi sarjana, itu fakta, banyak kejadian seperti itu di sini [UGM],” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya