SOLOPOS.COM - Tal Golesworthy (Dave Imms)

Kisah inspiratif kali ini tentang pengobatan kelainan jantung

Solopos.com, LONDON – Tal Golesworthy, insinyur asal London, Inggris mencetak namanya dalam sejarah dunia medis. Berawal dari posisi dilematis untuk memilih dua pilihan mematikan, Tal menggunakan kejelian sebagai seorang insinyur untuk memberikan alternatif pengobatan baru.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir Independent.co.uk, Rabu (9/11/2016), Tal Golesworthy kali pertama divonis menderita Sindrom Marfan saat umurnya kurang lebih 6 tahun. Tal mewarisi kondisi ini dari ayahnya. Orang-orang dengan Sindrom Marfan biasanya memiliki tulang ramping, tinggi badan yang tidak biasa, dan beberapa permasalahan sendi dan mata.

Selain efek yang nampak dari luar, Sindrom Marfan juga menyebabkan tubuh tidak bisa memproduksi protein fibrillin secara sempurna. Protein tersebut bertanggung jawab untuk fleksibilitas jaringan tubuh dan pembuluh darah.

Ekspedisi Mudik 2024

Mengenai pembuluh darah yang tidak fleksibel. Kondisi Aorta menjadi yang paling berbahaya. Di orang normal, Aorta akan melar dan mengecil secara normal, untuk penderita Sindrom Marfan, aorta hanya akan melar dan tidak kembali ke kondisi semula.

Tal sudah menyadari kondisinya luar dalam, pada pemeriksaan yang dia lakukan pada tahun 2000, tim dokter yang memeriksanya menyarankan dilakukan operasi untuk mencegah aorta semakin melebar.

Pada waktu itu Tal Golesworthy diberikan dua pilihan operasi. Untuk yang pertama Tal ditawari untuk mengganti aorta yang sudah membesar dan juga mengganti katup jantung dengan katup buatan. Pilihan pertama ini memiliki persentase keberhasilan sangat besar. Namun setelah itu pasien harus rutin mengonsumsi obat antipengentalan darah seumur hidupnya.

Operasi kedua mirip dengan operasi pertama namun katup jantung alami tidak diganti. Cara kedua ini lebih efektif dan tidak memerlukan konsumi obat antipengentalan darah. Namun persentase keberhasilan kecil. Mengetahui dua pilihan sulit ini, Tal memilih menolak operasi.

Berada dalam kondisi dilematis antara tidak mau menanggung efek operasi yang mengerikan dan tidak mau menyerah begitu saja, Tal muncul dengan usulan seorang insinyur. Menurut Tal mengapa harus mengganti sebuah komponen jika masih bisa didukung dengan alat bantu yang lebih sederhana.

“Saya berkata pada diri sendiri, tunggu, saya bisa memindai aorta menggunakan komputer, kemudian bisa dibangun alat bantu yang memungkinkan,” ungkap Tal seperti dikutip Independent.

Pembungkus aorta yang ditemukan Tal Golesworthy (3dprintingindustry.com)

Pembungkus aorta yang ditemukan Tal Golesworthy (3dprintingindustry.com)

Solusi Tal

Dikutip Solopos.com dari 3dprintingindustry.com, Selasa (15/11/2016), Tal muncul dengan solusi paling efektif yang bisa dia pikirkan. Tal berusaha membuat benda khusus untuk membungkus aorta sehingga pemelaran bisa dicegah namun tidak mengurangi fungsi aorta. Pertama-tama Tal memindai jantungnya kemudian mencetaknya dengan printer tiga dimensi. Dari model jantung itu Tal mendesain semacam alat pembungkus yang cocok dengan bentuk aorta. Alat ini kemudian disebut dengan personelaized external aortic root support (PEARS).

Tal Golesworthy bukan seorang dokter atau aktivis dunia medis. Ia perlu tim dokter untuk memverifikasi alat barunya ini. Ia perlu waktu hampir empat tahun untuk meyakinkan tim dokter dan melakukan penyempurnaan pada idenya itu. Untuk menyempurnakan ide itu, Tal sempat melalui 30 jam pemindaian menggunakan MRI untuk benar-benar memastikan alat pembungkus dan aorta cocok.

Pada 2004, Tal menjadi orang pertama yang mencoba teknik temuannya itu. Operasi berjalan sukses, dan semenjak saat itu ancaman pelebaran aorta dan gagal jantung secara teori bisa dihindari.

Semenjak keberhasilan tersebut, teknik Tal itu dikenal sebagai salah satu pengobatan paling efektif untuk kasus Sindrom Marfan. Hingga 2013 sudah ada 34 pasien yang menjalani operasi serupa. Semua operasi sukses dan pasien mengalami perubahan signifikan. Hingga saat ini dilaporkan hanya satu pasien yang telah meninggal dunia, namun penyebab kematian tidak ada hubungan dengan penyakit jantung.

Bahkan, pasien yang meninggal lima tahun setelah operasi itu mengungkap fakta baru. Hasil autopsi menyatakan pembungkus buatan masih menempel dalam kondisi baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya