SOLOPOS.COM - Sri Rejeki menunjukkan bakso mangkuk di warungnya di tepi jalan Dusun Menoro, Desa Jembungan, Banyudono, Kamis (30/3/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif, seorang perempuan asal Boyolali sukses menjadi pengusaha mi ayam unik.

Solopos.com, BOYOLALI — Kreativitas perempuan Dusun Menoro, Desa Jembungan, Banyudono, Sri Rejeki, layak dicungi jempol. Di tengah bisnis mi ayam dan bakso yang menggurita, Sri Rejeki tak kurang akal mencari celah demi meraup rezeki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berbekal keberanian dan kreativitas, Eki—panggilan akrab Sri Rejeki—menawarkan sesuatu yang baru. Ia tak menyajikan mi ayam dan bakso sebagaimana umumnya.

Perempuan berusia 29 tahun itu menyajikan mi ayam penuh warna warni layaknya pelangi. Eki juga menyuguhkan bakso anti-mainstream. Karya Eki secara tak langsung memaksa pembeli melahap sekalian “mangkuk”-nya.

“Alhamdulillah sejak berjualan dua tahun lalu, banyak pembeli yang mengaku puas,” ujar Eki saat berbincang dengan Solopos.com di kedainya di tepian sawah yang asri di Dusun Menoro, Desa Jembungan, Banyudono, Kamis (30/3/2017).

Sesuai namanya, kata Eki, mi ayam pelangi berwarna-warni. Kabar gembiranya, pewarna mi ayam pelangi memakai bahan alami. Eki memasukkan sari pati sayur sawi sebagai pewarna hijau, sari pati buah bit sebagai pewarna merah, dan sari pati wortel sebagai pewarna oranye.

“Banyak pembeli yang ingin membeli mi ayam lantaran anak-anak mereka enggak doyan makan sayur. Dengan makan mi ayam ini, anak-anak akhirnya lahap makan sari pati sayuran,” jelasnya.

Untuk menuruti selera pembeli yang hobi melahap bakso, Eki menyuguhkan bakso mangkuk. Sesuai namanya, bakso mangkuk ini “memaksa” pembeli untuk sekalian menyantap “mangkuknya”.

Solopos.com mendapat kesempatan untuk melahap “mangkuk” bakso yang cukup lezat itu. Seporsi bakso mangkuk ini dihargai Rp20.000. Selain dapat bakso bulat-bulat, pembeli juga dapat sensasi baru melahap bakso berbentuk mangkuk.

Salah satu pembeli yang ditemui Solopos.com, Sutriman, mengaku berlangganan ke warung Eki. Alasan utamanya, selain tempatnya yang dekat dan asri, rasanya diakuinya memang “maknyus”. “Saya sering ajak teman-teman makan bareng di sini. Lumayan mantap bakso dan mi pelanginya,” jelasnya.

Eki memulai usahanya itu hanya berbekal kemauan dan tekad. Dia sempat mengikuti kursus memasak bersama suaminya, Fana Mursyamadi, 33, sebelum membuka warung. Setelah siap lahir batin, Eki dan suaminya menyatakan keluar dari tempat mereka bekerja.

“Saya dulu kerja di toko swalayan dan suami sebagai petugas satpam. Baru dua tahun bekerja, saya lantas nekat buka usaha warung ini,” terangnya.

Dalam sebulan, kata dia, omzetnya rata-rata Rp20 juta-Rp25 juta per bulan. Keuntungan bersihnya bisa mencapai 50% dari omzet. “Kalau pas hari libur, Sabtu dan Minggu, omzet sehari bisa Rp1 juta-Rp2 juta,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya