SOLOPOS.COM - Anggota Karang Taruna Bangkit, Pakel Jaluk, Piyaman, Wonosari, Gunungkidul, memajang hasil karya mereka, Selasa (19/5/2015), (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Kisah inspiratif kali ini merupakan gerakan wirausahawan dari kalangan usia belasan tahun.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pelaku usaha berusia dua puluhan tahun sudah banyak berseliweran. Bagaimana dengan wirausahawan yang masih belasan tahun?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karang taruna tidak melulu menjadi organisasi yang hanya punya agenda itu-itu saja, seperti diskusi, kerja bakti, dan kumpul-kumpul membahas masalah di desa. Di Gunungkidul, lembaga para pemuda tersebut membuka kesempatan wirausaha dan mengajarkan kemandirian.

Sejumlah gadis remaja berada di stan Karang Taruna Muda Bangkit Pakel Jaluk, Piyaman di Lapangan Piyaman, Wonosari, beberapa waktu lalu. Gerai itu memajang dompet ponsel yang terbuat dari bahan tali yang dirajut, kain perca batik, serta kalep.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak hanya itu, di meja, ditata pula bros, pin, jepit rambut hingga gantungan kunci yang berukuran kecil dan terbuat dari kain flanel berwarna-warni.

Salah satu anggota Karang Taruna Muda Bangkit, Tiffany Riyantika, para anggota perkumpulan awalnya diajari membuat dompet oleh Kartinem, warga setempat.

Siswi SMPN 3 Playen yang sudah punya hobi membuat kerajinan flanel ini mengakui ia juga menjual kerajinan serupa di sekolah. Gantungan kunci dan produk lainnya dibanderol Rp3.000, sedangkan dompet perca, dijual seharga Rp7.000.

Dara yang dipanggil Tika di lingkungan rumahnya ini, mencari bahan baku kerajinan kain flanel di sebuah toko di Wonosari, seharga Rp1.500 per lembarnya, sedangkan Rp2.500 untuk flanel bermotif. Selain itu, untuk isinya, Tiffany biasa membeli dakron seharga Rp2.500.

“Kendala dalam pembuatan, kalau belanja suka lupa. Kalau sudah beli kain, lupa beli lem atau bahan lainnya, selain itu lem kadang suka nempel di tangan,” ujar Tiffany yang masih berusia 15 tahun ini, Selasa (19/5/2015).

Rekan Tiffany yang dijumpai di sela peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat Ke-12, yakni Lilia Nur Indah Sari menuturkan ide awal membuat kerajinan tangan dimulai pada April 2015 lalu. Saat itu, uang kas organisasi mulai menipis. Kemudian, mereka berpikir bagaimana karang taruna bisa menghasilkan duit. Membuat kerajinan dompet dari tali rajut dan batik perca dipilih karena sederhana dan modalnya murah.

Mahasiswi Multimedia Training Center atau MMTC Jogja itu menjelaskan modal yang dibutuhkan untuk membuat satu buah dompet rajut hanya Rp48.000. Mereka kerap mendapat saran, kritik hingga pujian dari warga.

“Ada yang bilang dompet buatan kami kurang besar. Kami juga menerima pesanan,” ujar Lilia.

Lilia dan anggota karang taruna lainnya mengharapkan produk mereka memiliki merek, namun mereka
belum menemukan ide.

“Semoga kreativitas kami juga meningkat. Soalnya kendala yang dialami, kawan-kawan masih ada yang males-malesan, kalau modal, bisa kami ambil dari kas,” ungkapnya.

Kartinem, warga yang mengajari anggota karang taruna untuk merajut menilai anak-anak muda di Pakel Jaluk sudah menunjukkan perkembangan dalam membuat kerajinan dompet.

“Bagus, mereka memang anak-anak yang cepat belajar. Mereka anak muda kreatif, saya amat mendukung kehadiran mereka,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya