SOLOPOS.COM - Seorang warga Korea Selatan buang sampah dengan sistem "Pay as You Trash." (Istimewa)

Korea Selatan menerapkan sistem Pay as You Trash untuk mengendalikan sampah makanan.

Solopos.com, SEOUL – Korea Selatan membuat terobosan baru untuk mengendalikan sampah. Negeri Ginseng memberlakukan sistem Pay as You Trash yang mengharuskan penduduk membayar sisa makanan yang akan dibuang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Asia Today melaporkan warga Korea diminta memisahkan sampah makanan dari sampah mereka lainnya. Kemudian sampah makanan tersebut dibuang di sebuah tempat sampah terpusat. Agar bisa menggunakan tempat sampahnya, mereka perlu membayar sesuai berat sampah per kilogram.

Saat ini pemerintah Korea sudah memiliki 3 metode untuk mengenakan biaya membuang sampah makanan pada warganya. Pertama melalui kartu RFID (Radio Frequency Identification). Di sini warga bisa menggunakan kartu personal di tempat sampah khusus. Tutup tempat sampah akan terbuka ketika kartu ditempelkan ke wadah pembuangan itu.

Nantinya sampah secara otomatis diukur dan terekam di akun milik pengguna. Mereka perlu membayar tagihan ini tiap bulannya. Adapun harga tempat sampah RFID dijual seharga 1,7 juta won (Rp19,4 juta) dan bisa melayani sampai 60 rumah.

Metode pembayaran kedua menggunakan kantung sampah prabayar. Kantung yang didesain khusus itu dihargai tergantung volume sampah. Contohnya di Seoul kantung sampah 10 liter dihargai sekitar 190 won (Rp2.171).

Terdapat juga sistem manajemen bar code di Korea yang mana warga menyetorkan sampah makanan langsung ke tempat sampah kompos. Mereka membayarnya dengan membeli stiker bar code yang menempel pada tempat sampah.

Hampir semua kompleks pemukiman di Korea Selatan telah dilengkapi dengan salah satu dari ketiga sistem pembayaran tersebut. Bahkan sebelum sistem pembayaran sesuai berat diperkenalkan, warga setempat telah dikenai biaya untuk sampah makanan. Biayanya dibagi rata diantara tenant dari tiap blok apartemen.

Sistem baru tidak hanya adil, tapi juga membuat konsumen sadar akan sampah yang berlebihan. Apabila lebih banyak sampah mereka buang maka akan semakin besar mereka membayar.

Ternyata hal ini cukup efektif. Seperti yang dirasakan ibu rumah tangga di Seoul, Kwan, yang sekarang melakukan metode inovatif untuk mencegah sampah makanan. Ia memastikan menyaring semua cairan dari sisa makanan sebelum membuangnya.

Kwon juga memisahkan produk segar dan makanan lainnya jadi porsi kecil. Sehingga hanya jumlah bahan yang dibutuhkan akan ia pakai saat membuat makanan. Ketika membuat sayuran, misalnya, ia mencoba menggunakan sebanyak mungkin bagian yang dapat dikonsumsi untuk meminimalkan sampah.

“Karena saya khawatir akan biaya pembuangan. Saya lebih berhati-hati dengan sampah makanan sekarang. Sampah makanan kami telah berkurang banyak dari sebelumnya,” ujarnya.

Warga lainnya, Cho Sung Ja, pun merasa sistem baru merupakan ide yang baik. Sebab orang mulai lebih banyak memperhatikan pada jumlah sampah yang dibuang. Ia menganggap kini sampah makanan lebih sedikit dan area tempat sampah jadi lebih bersih

Menurut Yu Gwang Mo, seorang pegawai pemerintahan dari distrik Mapo Seoul, orang-orang sebelumnya membeli banyak makanan dan membuang sisanya tanpa terlalu peduli.

“Setelah menyadari mereka harus membayar sebanyak yang mereka buang, mereka mulai mengontrol pembelian makanan,” tambah Yu.

Sementara itu, restoran dan bisnis berbasis makanan juga secara aktif mencoba mengurangi biaya pembuangannya. Ada yang menggunakan prosesor sampah makanan sendiri yang mana mesin bisa mengubah sisa makanan jadi bubuk kering untuk pupuk. Terdapat pula restoran yang aktif mengurangi jumlah sampah makanan dengan mendonasikan sisa ke orang miskin dan kelaparan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya