SOLOPOS.COM - Nyoto Purwanto, anggota tim Basarnas Kota Semarang. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kisah inspiratif kali ini datang dari Nyoto Purwanto, seorang anggota Basarnas Kota Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pertengahan Oktober lalu, Kota Semarang sempat digegerkan dengan aksi nekat seorang pria yang nekat memanjat tower listrik setinggi 10 meter di Jl. Sriwijaya. Pria yang diduga mengalami gangguan jiwa itu nekat memanjat menara yang berada di kompleks pertokoan itu untuk bunuh diri.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Upaya bunuh diri pria yang belakangan waktu diketahui bernama Wahid Suryono, 29, warga Tembalang itu akhirnya gagal. Para personel Basarnas Kota Semarang yang hadir ke lokasi mampu menyelamatkan Wahid, meskipun ia sempat terjatuh dari tower.

Salah seorang personel yang berhasil menggagalkan aksi bunuh diri Wahid itu adalah Nyoto Purwanto. Nyoto yang kala itu bertugas sebagai komandan tim penyelamat menyebutkan aksi itu tak akan terlupakan.

“Tantangannya banyak sekali. Kami [seluruh anggota tim] sempat ragu bisa menyelamatkan korban. Selain lokasi sekitar yang dipenuhi kabel, korban juga semakin nekat dengan memanjat lebih tinggi, setiap mendengar suara riuh di bawah [tower] dari orang-orang yang melihat,” tutur Nyoto saat dijumpai Semarangpos.com di Kantor Basarnas Kota Semarang, Ngaliyan, beberapa waktu lalu.

Namun semua kekhawatiran itu sirna. Berdasar pengalaman dan perencanaan yang matang, akhirnya Wahid mampu diselamatkan. Ia pun lega bisa menyelamatkan korban, meski orang yang memiliki gangguan mental. “Bagi kami, orang gila punya hak yang sama untuk diselamatkan,” beber Nyoto.

Nyoto menambahkan menjadi anggota regu penyelamat Basarnas memang harus selalu siap menghadapi tantangan. Meski semua tantangan yang dihadapi itu tak mudah.

Selama kurang lebih 10 tahun menjadi anggota Basarnas, Nyoto harus siap menjadi apa saja yang dibutuhkan, mulai dari tukang angkut jenazah, penyelam, naik ke atas tower, hingga menjadi dokter bedah.

Salah satu pengalaman yang tak terlupakan Nyoto selama menjadi anggota Basarnas adalah mendadak harus tampil layaknya dokter bedah. Saat itu, ia dituntut untuk menyelamatkan korban dengan cara memotong salah satu kaki korban.

“Kejadian itu terjadi sekitar dua tahun silam. Saat itu saya menyelamatkan nyawa seorang pemancing yang terjebak di reruntuhan Jembatan Sayung. Saat itu kondisi kaki korban terjepit di reruntuhan jembatan hingga tertarik ke bawah sungai. Setelah bertahan selama 14 jam, satu-satunya cara agar dia selamat ya kakinya harus dipotong, makanya saya potong sampai pangkal betis,” ungkap Nyoto.

Setelah kejadian itu, Nyoto sempat merasa bersalah karena telah membuat salah satu korbannya cacat. Meski demikian, perasaan bersalah itu lambat laun sirna setelah korban yang dipotong kakinya terselamatkan dan justru mengucapkan terima kasih.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya