SOLOPOS.COM - Tangga anyaman yang digunakan anak-anak di Provinsi Sichuan untuk ke sekolah (Shanghaiist)

Kisah inspiratif kali ini tentang anak-anak yang bersekolah di daerah terpencil.

Solopos.com, SICHUAN – Anak-anak yang hidup di pedesaan pinggir tebing di Provinsi Sichuan, Tiongkok harus bertaruh nyawa untuk pergi sekolah. Anak-anak itu harus menaiki “tangga surga” yang mnempel di sisi tebing selama satu jam demi mencapai sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akhir Oktober 2016, pemerintah setempat baru saja selesai membuat tangga besi yang kini disebut sebagai tangga surga. Tangga itu mengganti tangga anyaman yang sebelumnya rutin digunakan anak-anak untuk menuju sekolah.

Dilansir Shanghaiist, Senin (21/11/2016), pada bulan Mei 2016 berita tentang tangga anyaman itu viral di media sosial. Anak-anak itu harus memanjat di 17 tangga anyaman yang menempel di sisi tebing. Kini tangga surga mengubah perjalanan anak-anak itu sedikit tidak terlalu melelahkan.

Anak-anak bersama penjaga atau orang tua mereka (Shanghaiist)

Anak-anak bersama penjaga atau orang tua mereka (Shanghaiist)

Tangga surga tidak serta-merta memanjang ke atas bukit, tangga itu memiliki beberapa kemiringan berbeda, sehingga diklaim mempercepat perjalanan naik turun selama satu jam. Meski demikian, tangga surga masih berbahaya dan belum memiliki tempat khusus untuk anak-anak beristirahat di tengah perjalanan.

Tangga surga pertama kali digunakan, Sabtu (19/11/2016). Anak-anak turun dari sekolah untuk menuju desa mereka masing-masing dalam rangka merayakan tahun baru Etnik Yi. Sebelum melakukan perjalanan, anak-anak dikumpulkan oleh kepala sekolah di mulut tangga bagian atas. Mereka akan mulai menuruni tangga setelah orang tua masing-masing anak menjemput mereka. Anak-anak menghabiskan dua jam untuk menyelesaikan perjalanan perdana mereka.

Tentunya anak-anak in tidak setiap hari naik turun bukit untuk menuju ke sekolah. Mereka melakukan itu dua kali setiap bulannya. Sekali mereka di sekolah, anak-anak akan menetap selama 10 hari. Kemudian mereka mendapatkan libur selama lima hari.

Perjalanan ini tentunya pernah memakan korban. Selama sekolah itu didirikan, tempat tersebut sudah memakan delapan korban. Kecelakaan terakhir terjadi pada 2009.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya