SOLOPOS.COM - Warjo bersama saudaranya yang juga difabel menyelesaikan pesanan jahitan jas di rumah kontrakan Dukuh Jetak Lor, Desa Karanganom, Klaten Utara, Klaten, Kamis (7/1/2016). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif datang dari tiga bersaudara warga difabel yang mampu mandiri dengan usaha menjahit pakaian.

Solopos.com, KLATEN – Warjo, Wardi, dan Ari, tiga bersaudara asal Kadipiro, Jumapolo, Karanganyar, mampu menunjukkan penyandang disabilitas bisa mandiri. Keahlian mereka menjahit membuat warga berdatangan memesan jas serta pakaian lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat didatangi di rumah kontrakan sekaligus tempat usaha bernama Gress Family di Dukuh Jetak Kidul, RT 001/RW 007, Desa Karanganom, Klaten Utara, Klaten, Kamis (7/1/2016), mereka sedang merampungkan pembuatan 28 jas untuk para guru yang ditarget rampung pada 15 Januari mendatang. “Kalau ini sudah selesai delapan jas,” kata Ari.

Warjo, 33, Wardi, 29, serta Ari, 26, merupakan penyandang tunadaksa sejak usia balita. Bersama satu penyandang disabilitas lainnya bernama Suwarji, 33, mereka menjalankan usaha menjahit di lokasi itu sekitar tiga tahun terakhir.

Mereka pun berbagi peran. Wardi bertugas membuat pola jas pesanan, Warjo merampungkan jahitan awal serta Ari bertugas mengukur serta merampungkan jahitan. Sementara, Suwarji bertugas menyelesaikan pesanan celana.

“Dalam sehari itu setidaknya ada satu orang yang memesan untuk dibuatkan jas atau pakaian lainnya. Kebanyakan memang PNS serta orang-orang yang mau menikah. Tahun lalu pernah dapat pesanan untuk membuat 150 jas anggota paskibra. Selesainya ya sekitar dua bulan,” ungkap Ari.

Ari menuturkan keahlian menjahit diperoleh saat mengikuti pelatihan di Balai Besar Rehabilitasi Sosia Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan RC Solo pada 2007. Setelah rampung mengikuti pelatihan, Ari bersama saudaranya mengikuti praktik kerja lapangan di Sukoharjo.

Kemampuannya pun berkembang hingga ia bekerja di sebuah usaha jasa menjahit di Karanganyar. “Karena dirasa kerjaan kurang maksimal, sama pemiliknya ditawari untuk membuka di Klaten. Akhirnya kami setuju dan diantar di Klaten untuk selama dua tahun belajar di Mitra Busana Klaten hingga membuka di sini,” jelas dia.

Bermodal uang pinjaman dari bank senilai Rp15 juta, ketiga bersaudara itu menambah mesin jahit yang awalnya hanya terdapat satu unit untuk mengembangkan usaha. Saat ini, mereka memiliki empat mesin jahit serta sebuah mesin obras.

“Awalnya selama dua tahun masih mengerjakan jahitan dari tempat Mitra Busana. Ini sudah berjalan tiga tahun, dan mulai menjalankan sendiri,” kata Ari.

Usaha itu terus berkembang hingga mereka hampir mampu melunasi pinjaman dari bank serta menyelesaikan uang kontrakan selama tiga tahun senilai Rp9 juta.

Ketiga bersaudara itu berkeinginan memiliki tempat usaha sendiri. Selain itu, mereka juga termotivasi untuk menawarkan usaha yang mereka jalankan menjadi tempat praktik kerja lapangan sebagai pelatihan bagi penyandang disabilitas lainnya.

“Pesan kami ke difabel lainnya yang penting itu ada kemauan dan tekad besar kita bisa mandiri. Jangan biarkan orang-orang normal bilang pada difabel tidak mampu seperti mereka,” ungkap Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya