SOLOPOS.COM - Triyono Basuki, 50, petani asal Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, berhasil menemukan sistem tanam sebar tanaman padi setelah melakukan uji coba dua tahun. Foto adiambil Rabu (13/12/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Pertanian Madiun, petani di Madiun melakukan penelitian pribadi dalam tempo dua tahun dan menemukan sistem tanam sebar.

Madiunpos.com, MADIUN — Triyono Basuki, 50, harus menghabiskan waktu dua tahun untuk membuktikan cara tanam sebar benih padi lebih efektif dibandingkan cara tanam padi secara konvensional yang selama ini dilakukan. Perjuangannya untuk membuktikan itu kini berbuah hasil manis.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat ditemui di rumahnya di RT 004/RW 001, Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Rabu (13/12/2017), Basuki menceritakan awal uji coba penanaman padi menggunakan sistem tanam sebar mulai tahun 2011.

Latar belakang yang menjadi alasan Basuki untuk uji coba tanam sebar yaitu kondisi pertanian di Madiun yang semakin tak menentu. Selain itu, sektor pertanian juga semakin ditinggal orang dan kalangan pemuda.

Ekspedisi Mudik 2024

Triyono Basuki menginginkan sebuah teknologi pertanian yang bisa menarik minat kawula muda dan lebih efektif dan efisien dari sisi biaya dan tenaga. Atas dasar itu, Basuki kemudian melakukan uji coba dengan melakukan tanam sebar.

Tanpa bekal keilmuan di bidang pertanian dan hanya mengandalkan pengalamannya menjadi petani puluhan tahun, Basuki mulai melakukan riset kecil-kecilan dan melakukan uji coba.

Awalnya, Basuki menanam padi dengan proses tebar benih di sawahnya seluas 2 petak atau sekitar 2.000 meter persegi. Ternyata takaran benih yang disebar tidak pas sehingga pertumbuhan padi tidak bisa maksimal dan hasil panennya juga jelek.

Setelah percobaan pertama gagal, Basuki melakukan evaluasi dengan cara mencatat apa saja kekurangan dalam sistem tanam sebar. Setelah mencatat seluruh kekurangan dalam uji coba pertama, Basuki kemudian menyebar benih lagi pada musim tanam kedua di tahun 2011. Selanjutnya ada kesalahan lagi dalam proses perawatan, sehingga tanaman yang tumbuh banyak yang diserang hama.

“Pada uji coba pertama dan kedua, hasilnya sangat jelek sekali. Hasil padi juga banyak yang kosong,” terang dia di rumahnya.

Uji coba kemudian dilakukannya lagi berulang-ulang hingga enam kali. Dan pada uji coba yang keenam, Basuki berhasil menemukan olahan yang pas untuk metode tanam sebar. Selanjutnya, dia melakukan uji coba di beberapa lahan di Madiun dan hasilnya memuaskan.

Sebelum ditanam sebar, sawah yang akan disebar benih harus diolah terlebih dahulu. Setelah itu, benih pilihan yang sudah diproses sedemikian rupa disebar di lahan tersebut. Metode penyebarannya pun tidak ada teknik khusus yang penting bisa merata di seluruh lahan.

Untuk lahan satu hektare yaitu dibutuhkan sekitar 21 kg benih padi. Benih dengan menggunakan sistem tanam sebar ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan sistem pindah tanam atau cara konvensional yang dalam satu hektare membutuhkan 40 kg benih.

Lahan yang sudah ditebar benih dibiarkan terlebih dahulu hingga berukuran 3 cm atau berusia lima hari dan kemudian diberi pupuk. Selanjutnya, pada usia 15 hari kembali diberikan pupuk. Ini berfungsi untuk menguatkan tanaman.

“Sebenarnya perbedaannya ada di sistem tanam saja. Setelah itu proses rawatnya juga sama seperti tanam dengan menggunakan sistem konvensional,” jelas Basuki.

Hemat Biaya

Keuntungan yang didapat dalam menggunakan sistem tanam sebar yaitu lebih menghemat biaya tanam. Karena saat menggunakan sistem tanam sebar ini, tidak perlu menggunakan banyak tenaga dan bisa dilakukan sendiri.

Ini menjadi respons atas sulitnya mencari tenaga petani saat masa tanam dan biayanya juga tinggi. Selain itu, petani juga bisa mempersingkat masa tanam karena tidak ada proses tanam pindah yang tentu membuat stagnasi bibit.

“Dengan menggunakan sistem tanam sebar ini, kita bisa menanam sendiri tanpa membutuhkan tenaga dari orang lain,” ujar dia.

Penemuannya ini pun mendapat respons dari Bank Indonesia dan IPB. Triyono Basuki kemudian mendapat bantuan pendanaan dan bimbingan dari akademisi.

Basuki mengakui saat proses penelitian berlangsung sempat mendapat resisten dari keluarga karena uji coba tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, Basuki juga sempat mendapatkan cemoohan dari warga dan dianggap penelitiannya tidak ada hasil.

Atas keberhasilannya itu, Basuki kemudian menularkan ilmunya tersebut ke sejumlah petani yang ada di Kabupaten Madiun. Mereka dengan bertahap menggunakan sistem tanam sebar.

Atas jerih payahnya itu, Basuki pada tahun 2014 mendapatkan penghargaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat atas inisiatif penelitian dalam pengembangan teknologi budidaya tanaman padi dari IPB. Selain itu, pada tahun 2014 Basuki menjadi juara III sebagi Penyuluh Teladan tingkat Provinsi Jawa Timur.

Harapan besar Basuki atas penelitiannya itu adalah generasi muda mau bertani. Sehingga masa depan pertanian di Madiun masih tetap cerah dan Kabupaten Madiun yang menjadi lumbung pangan Provinsi Jawa Timur masih tetap bertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya