SOLOPOS.COM - Guru honorer di SDN 3 Kiringan Boyolali, Suharto Dwi Hantopo, 35, saat memerah susu sapi di rumahnya, Desa Kiringan, Senin (7/11/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Kisah guru tidak tetap (GTT) atau dikenal sebagai pegawai honorer di SDN 3 Kiringan Boyolali, Suharto Dwi Hantopo, 35, ini bisa menjadi inspirasi perjuangan seorang guru yang mengabdi tanpa balasan.

“Saya mengajar dengan hati, kalau tidak ya mungkin sudah out dari lama,” ujar guru honorer berusia 35 tahun tersebut sambil sedikit tersenyum.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di sela-sela kesibukannya mengajar sebagai guru tidak tetap (GTT) di SDN 3 Kiringan Boyolali, Suharto Dwi Hantopo, menyempatkan diri berbincang dengan Solopos.com di salah satu ruangan sekolahnya, Senin (7/11/2022).

Hanto menceritakan dirinya mengabdi di SDN 3 Kiringan sejak 2007 setelah lulus SMA. Hanto lebih dulu menempuh pendidikan D2 sebelum menempuh S1.

Perjalanan kariernya dimulai dari menjadi operator sekolah dan melatih Pramuka. Kemudian, seiring waktu berjalan dirinya menjadi guru kelas.

Saat disinggung mengenai honor sebagai guru honorer, Hanto tak langsung menjawab. Ia menjelaskan terlebih dahulu jika honor untuk guru honorer tergantung dari kebijakan sekolah.

Baca juga: PENDIDIKAN JATENG : Penetapan GTT Bakal Dilakukan Tiap Tahun

“Dan kami kerja sama dengan komite sekolah. Jadi namanya wiyata itu kan mengangkat komite, bukan kepala sekolah. Jadi karena sekolah itu kekurangan guru, sehingga komite diberikan tugas untuk mencari guru pengganti,” kata dia.

Lebih lanjut, dia mengatakan honornya sebagai guru tidak tetap atau dikenal honorer di SDN 3 Kiringan Boyolali berkisar Rp700.000 – Rp800.000 per bulan. Jumlah tersebut, kata dia, memang tidak cukup.

“Tapi kami telah menyatu di pendidikan, hati kami tulus mendidik anak. Kalau soal rezeki, Allah yang mengatur. Jadi, guru itu panggilan hati,” jelasnya.

Sebab panggilan hati, Hanto menikmati menjadi guru walau dengan gaji seadanya. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, dirinya mengaku mulai bekerja selepas subuh untuk memerah susu sapinya.

Kemudian, ia segera mengantarkan susu sapi ke pelanggan-pelanggannya. Setelah itu, sekitar pukul 06.00 WIB, dirinya sampai di rumah dan harus sampai ke SDN 3 Kiringan sebelum pukul 07.00 WIB.

Baca juga: NASIB TENAGA HONORER : Upah GTT Tak Boleh Lebihi 20% Dana BOS…

Hanto selesai mengajar hingga pukul 13.00 WIB. Setelah itu ia kemudian mengajar les hingga pukul 16.00 WIB. Dirinya menyempatkan beristirahat sore, kemudian seusai Magrib atau Isya mengajar les lagi hingga pukul 20.00 WIB.

“Capai tapi tetap dijalani. Yang namanya mencari rezeki kan harus dicari. Kalau di sekolah memang tidak menuntut [gaji], karena sejak awal kami janji untuk tidak menuntut. Jadi apapun ya diberikan ke sekolah, wong namanya mengabdi. Kami terima dengan ikhlas,” kata dia.

Hanto menegaskan yang utama baginya saat bekerja adalah rasa senang dulu. Untuk hasil menurutnya adalah nomor dua, karena ia merasa Sang Maha Pemberi Rezeki tak hanya memberikan uang lewat mengajar.

Dirinya saat ini juga bersiap menghadapi ujian untuk menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Saya sudah menyiapkan berkas-berkas yang mau di-upload. Belajar juga dan terus berpikiran positif biar fokus dan lulus. Jika Allah menghendaki semisal tidak berhasil, apapun yang terjadi ya namanya suatu profesi guru kan tidak hanya di sekolah, di manapun saya harus siap. Misal diberi kesempatan terus mengajar, ya akan tetap mengajar,” kata dia.

Baca juga: Asyik! Pemkab Wonogiri Peroleh Jatah 645 PPPK Formasi Guru

Dirinya tetap berharap lolos tes PPPK untuk formasi guru di Boyolali. Tak hanya berdoa untuk dirinya, Hanto juga berdoa untuk seluruh rekannya sesama GTT atau honorer di Boyolali dan lainnya segera lolos menjadi PPPK.

Salah satu murid kelas V SDN 3 Kiringan yang diajar Hanto, Davian Diego Fahrezy, menilai gurunya sangat asyik dalam mengajar.

Davian menilai pelajaran yang diberikan Hanto kepadanya juga mudah dicerna. Davian kemudian mendoakan gurunya tersebut bisa lolos seleksi PPPK.

“Semoga Pak Hanto diangkat jadi guru guru PPPK. Semangat untuk Pak Hanto,” ujarnya.

Baca juga: Begini Tips Bertanya pada Guru saat Pelajaran Berlangsung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya