SOLOPOS.COM - Tan Ie Hok atau Fuk. (Solopos-Candra Mantovani)

Solopos.com, SOLO — Seorang pria asal Solo, Tan Ie Hok atau akrab disapa Fuk, beberapa waktu lalu viral di media sosial karena kisah seorang netizen yang membeberkan aksi nekat Fuk mengantarkan STNK dan KTP dengan mengendarai sepeda dari Solo ke Mojokerto.

Pria berperawakan kecil tersebut pun kemudian menceritakan bagaimana dia bisa nekat melakukan hal tersebut hanya untuk mengantarkan barang yang dia temukan di jalan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ditemui solopos.com, di rumahnya di salah satu gang di Kampung Purwopuran RT 004/RW 009, Jebres, Solo, Jumat (20/9/2019), Fuk mengaku STNK dan KTP yang diantarnya ke Mojokerto dia temukan saat bersepeda dari Jogja menuju Solo pada Selasa (10/9/2019) malam.

Saat itu, Fuk mengaku melihat seperti ada lembaran-lembaran beterbangan di jalan. Penasaran, kemudian dia memungutnya dan mengetahui lembaran tersebut adalah selembar STNK.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sebenarnya sekalian meluruskan saya tidak menemukan dompet. Tapi lembaran STNK dan KTP. Saat itu saya temukan di Klaten. Awalnya hanya STNK saja, saya lihat kok pajaknya masih baru, kemudian saya berpikir pasti ada lainnya. Kemudian saya menemukan KTP ini dan salah satu stiker modifikasi motor yang ada kontak teleponnya,” jelasnya.

Setelah mengamankan STNK dan KTP tersebut, Fuk kemudian melanjutkan bersepeda menuju rumah di Solo dengan membawa rasa penasaran di benaknya. Sesampainya di rumah, Fuk kemudian menghubungi kontak yang ada di stiker untuk mencari informasi awal, namun dia tidak mendapatkan apa pun.

Dengan modal nekat, kemudian Fuk memutuskan untuk pergi ke Mojokerto dalam misi mencari pemilik surat-surat tersebut keesokan harinya. “Karena sampai tengah malam tidak ada info lagi, saya kemudian memutuskan untuk pergi ke Mojokerto. Itu pagi buta saya langsung berangkat menggunakan sepeda saya,” imbuh dia.

Sebelum berangkat, Fuk yang setiap harinya bekerja serabutan menyempatkan diri pergi ke Semanggi untuk menjual handphone (HP) miliknya sebagai uang saku saat perjalanan dan biaya memperbaiki sepeda. Perjalanan yang ditempuh bukan tanpa halangan.

“Hape saya jual murah untuk biaya perjalanan. Tapi saya masih punya satu HP kecil untuk berkomunikasi. Saat tanya jalan saya sering diejek kalau tidak mungkin bersepeda dari Solo sampai Mojokerto, saya dikira orang gila dan sering disesatkan hingga capek,” kata dia.

Perjalanan yang dia tempuh selama satu hari ternyata memunculkan hasil karena ketika sampai di Mojokerto dia dihubungi oleh salah satu rekan pemilik surat. Di depan salah satu Kantor Kodim dia kemudian bertemu dengan pemilik surat tersebut. Menurutnya, si pemilik surat terharu hingga mengeluarkan air mata ketika mengetahui kejujuran dan perjuangan Fuk bersepeda ke Mojokerto hanya untuk mengantarkan STNK dan KTP.

“Saya ingat betul bagaimana dia terharu hingga mbrebes. Dia kemudian tanya saya mau imbalan berapa tapi saya ikhlas tidak mau minta imbalan. Saya bilang jangan biar Allah yang tahu saja. Setelah makan saya langsung pulang ke Solo setelah menyerahkan surat tersebut,” jelasnya mengingat peristiwa itu dengan mata berkaca-kaca.

Fuk menyampaikan jika sejak dari dulu, prinsip kejujuran adalah hal yang paling dia junjung tinggi. Hal itulah yang mendasari kenapa dia rela melakukan hal yang dianggap oleh orang banyak tidak masuk akal tersebut.

Sebelumnya dia juga melakukan hal yang sama dengan bersepeda mengembalikan STNK milih salah satu warga di Wonogiri.

“Dulu juga pernah mengembalikan ke Wonogiri. Tapi pas perjalanan saya ditabrak sampai saya harus pakai kruk buat bantu jalan. Itu semata-mata karena saya tidak bisa begitu saja mengabaikan kalau menemukan benda milik orang yang hilang. Kasihan kalau mereka kehilangan harus mengurus ke sana kemari, makanya saya berusaha mengembalikannya,” ujar dia.

Salah satu tetangga Fuk, Panjiono, mengatakan sosok Fuk yang dia kenal sejak muda adalah orang yang punya prinsip bagus. Meskipun Fuk hidup serba kekurangan, namun dia tidak pernah sekalipun meminta sesuatu.

“Dia adalah orang saya akui perlu diacungi jempol. Saya sudah kenal dia karena kami bertetangga. Saya tahu dia tidak pernah sekalipun meminta dan orang yang jujur. Dia tidak mau berbohong meskipun itu hal kecil,” paparnya. (Candra Mantovani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya