SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bagi Eni Wulandari, 37, angin besar adalah pertanda baik. Kemarau adalah berkah yang selalu dinanti keluarga kecilnya. Inilah waktunya untuk mencari bambu. Menghias kertas dan membuatnya menjadi layang-layang.

Sejak belasan tahun lalu, Eni membuat layang layang berukuran jumbo. Modelnya pun beragam, Mulai dari bentuk kupu-kupu, bahkan bentuk pesawat terbang pun mudah dikerjakannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Soal desain, ia bekerja sama dengan suaminya. Bahkan anak sulungya pun kini mulai mahir merancang layang-layang besar. Ia mulai membantu mendesain dan membuat kerangka model baru.

“Lumayan untuk tambahan penghasilan,” ujar dia kepada Harian Jogja, akhir pekan lalu.

Dia lantas menjelaskan secara detail proses pembuatan layang-layang. Ia sengaja menggunakan bambu yang lentur. Tujuannya agar tulang layang-layang nantinya tidak mudah patah saat di udara.

Sebelum diraut dan dihaluskan sesuai ukuran dan desain layang layang, bambu terlebih dahulu harus dibiarkan alias diangin-anginkan. Agar benar-benar kering.

Baru sesudahnya dibentuk sesuai desainnya. Untuk desain,warna kertas dan motif layangan, ia juga terbuka menerima konsep pemesan. Namun Anda harus siap kocek banyak. Sebab makin sulit dan rumit tentu saja harganya semakin mahal.
Untuk kertas Eni menggunakan kertas khusus, yakni kertas warna yang tahan robek dan elastis. Kertas tersebut dilem, agar rekatannya berkualitas, ia menghindari lem yang terlalu cair.

Pengaitnya, Eni menggunakan benang string berukuran agak besar. Setelah jadi, layang-layang dipajang di teras rumahnya di kampung Krapyak 8, Margodadi, Seyegan. Sebagian ia pasarkan ke toko-toko tetangga dan toko di sekitar Seyegan.

Untuk ukuran standar (besar normal), harganya rata-rata mencapai Rp25.000 hingga Rp30.000. Adapun untuk ukuran kecil biasanya lebih murah berkisar antara Rp15.000 per buah.

Sedangkan untuk model tertentu seperti pesawat, harganya lebih mahal lagi. Bisa mencapai Rp75.000 bahkan bisa mencapai ratusan ribu tergantung model dan kerumitannya.

Apalagi jika ornamen warnanya banyak dan banyak hiasan. Dalam sehari Eni rata-rata mampu memproduksi lima sampai enam buah layang layang. Tak butuh lama, layangannya pun biasanya ludes terjual.

Pembeli layangan Eni umumnya berasal dari berbagai kecamatan di Sleman. Beberapa ada juga berasal dari Magelang. Mereka tertarik karena bentuknya yang unik dengan warna yang mencolok.

“Mumpung masih ada angin, untungnya lumayan kalau sedang ramai layangan habis. Paling tidak sehari tiga sampai empat laku. Bisa nambah untung kios saya, ” ujar perempuan yang juga pedagang kelontong itu.(Wartawan Harian Jogja/Sumadiyono)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya