SOLOPOS.COM - Nuryadi (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN—Menjadi seorang driver ambulans sudah menjadi panggilan jiwa bagi Nuryadi. Berbekal sebagai seorang driver mobil ambulans, pria asal Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Klaten, ini ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain.

Profesi sebagai driver mobil ambulans telah digeluti Nuryadi sejak tujuh tahun terakhir. Nuryadi tergolong driver mobil ambulans kali pertama yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU). Mobil ambulans yang dikemudikan juga termasuk kali pertama di Indonesia, yakni sejak 2003.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai seorang driver yang membawa nama besar NU, Nuryadi sadar betul harus menjaga segala perilaku di lapangan. Selain tidak mengemudikan mobil ambulans asal-asalan yang cenderung merugikan orang lain, Nuryadi juga harus menjaga adab saat menjalankan tugas.

Baca Juga: Proyek Umbul Desa Gedongjetis Dikhawatirkan Rusak Objek Cagar Budaya

Munculnya pandemi Covid-19 mengakibatkan tugas yang diemban Nuryadi semakin berat. Tak hanya melayani pemakaman jenazah, Nuryadi juga sering terlibat dalam proses pemulasaran jenazah.

Saat kasus Covid-19 meledak di Klaten, Juni-Juli 2021, Nuryadi menjalankan tugasnya tanpa mengenal waktu, yakni selama 24 jam dalam sehari.

“Saat kasus Covid-19 lagi ramai beberapa bulan lalu itu, saya sering memakamkan jenazah. Dalam sehari bisa delapan hingga 13 jenazah. Yang saya layani tak hanya di Klaten. Tapi di seluruh daerah Jawa dan Madura. Bahkan sampai Lampung, Sumatra, dan lainnya. Itu semua saya lakukan dengan ikhlas,” kata Nuryadi, saat ditemui wartawan di kompleks Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti (Alpansa) di Sumberejo Wangi, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (10/11/2021).

Baca Juga: Kisah Penemuan Candi Watu Genuk di Boyolali Berawal dari Batu Miring

Nuryadi mengatakan ledakan kasus Covid-19, Juni-Juli 2021, menyisakan pengalaman tak terlupakan bagi seorang Nuryadi. Saking seringnya bersinggungan dengan warga terdampak kasus Covid-19, Nuryadi harus mengungsikan anak dan istrinya ke rumah mertua selama satu bulan.

Sepanjang waktu itu, Nuryadi memilih tak kontak langsung dengan anggota keluarganya. “Driver ambulans ini menjadi pekerjaan pokok saya. Selama tujuh tahun mengabdi sebagai seorang driver ambulans, saya tak pernah memperoleh gaji,” katanya.

Sebagai seorang driver mobil ambulans, Nuryadi mengaku sering tombok saat bertugas di lapangan. Namun, hal tersebut dikesampingkan Nuryadi karena ingin bermanfaat ke orang lain.

Baca Juga: Lowongan Perangkat Desa Diserbu, Segini Penghasilannya di Wonogiri

“Pernah suatu ketika, nyopiri hingga ke Majalengka [Jabar]. Saat itu, tombok sekitar Rp750.000-an. Itu sudah biasa. Memang rezekinya seperti itu. Biaya operasional mobil ambulans dari donatur, organisasi, patungan, dan lainnya,” katanya.

Wakil Koordinator Saganu Soloraya, Ginanjar, mengatakan sebagian besar driver mobil ambulans NU telah menyadari konsekuensinya saat menjalankan tugas sehari-hari. “Rezeki sudah ada yang mengatur. Yang paling penting itu, nderek barokahe kiai,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya