SOLOPOS.COM - Prof Dr Sardjito (Dok. UGM)

Prof. Dr Sardjito dianggap layak jadi pahlawan nasional.

Harianjogja.com, SLEMAN–Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Universitas Islam Indonesia (UII) akan mengusulkan gelar pahlawan nasional untuk Prof. Sardjito kepada pemerintah. Mantan Rektor UGM dan UII itu dinilai
tidak hanya berjasa di bidang pengembangan pendidikan tinggi namun juga menyelamatkan para pejuang kemerdekaan.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Salah satu kisah yang paling fenomenal dari Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM  ini adalah membawa vaksin dengan menyuntikkan ke tubuh kerbau untuk dibawa dari Bandung ke Klaten, Jawa Tengah serta memproduksi Biskuit Sardjito yang
disuplai untuk para pejuang. Guna mendukung penyusunan naskah akademik pengajuan gelar pahlawan, digelar seminar regional bertajuk Ilmuwan Pejuang, Pejuang Ilmuwan ; Peran prof. Sardjito dalam Revolusi Fisik Kemerdekaan RI, di Balai
Senat UGM, Kamis (25/1/2018).

Rektor UGM Prof. Panut Mulyono menjelaskan, pasca proklamasi kemerdekaan, Prof. Sardjito ditugasi oleh Menteri Kesehatan Boentaran untuk mengambil alih Institut Pasteur di Bandung dari tangan Jepang. Lembaga ini memiliki peran penting di Indonesia, karena memberikan kebutuhan vaksin, obat dan serum untuk seluruh tentara Indonesia di Jawa. Berhasil memegang Institut tersebut, Sardjito diberikan tambahan tugas sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung yang saat bersamaan tentara sekutu mulai menyerang Bandung. Melihat peran strategis PMI dalam mennyuplai obat-obatan bagi para pejuang, kantor PMI Bandung dibom oleh tentara sekutu namun Sardjito tetap bertahan.

“Pada Desember 1945 Prof. Sardjito memindahkan semua pegawai Institute Pasteur ke Klaten [Jawa tengah]. Untuk menyelamatkan vaksin selama perjalanan, Prof. Sardjito menyuntikkannya ke badan Kerbau yang ikut dibawa naik kereta api dari Bandung ke Jogja. Dengan segala keterbatasan, saat itu Prof. Sardjito masih mencurahkan pemikiran terbaiknya untuk bangsa,” terang Panut dalam seminar itu, Kamis (25/1/2018).

Di Klaten, dalam posisi perang berkecamuk, Sardjito membuat makanan multivitamin yang dikenal Biskuit Sardjito untuk tentara Indonesia. Makanan ini mengandung banyak kalori dan protein untuk mencukupi energi bagi para pejuang. Biskuit itu memiliki kandungan gizi yang tinggi dalam bentuk makanan instan sebagai ransum bagi tentara dalam menghadapi pertempuran. Biskuit ini diproduksi di Institute Pasteur Klaten, namun produksinya terhenti karena menjadi sasaran tentara
penjajah.

“Biskuit ini menjadi sumbangsih bermanfaat bagi para pejuang, temuan biskuit ini sangat efektif bagi tentara yang harus berpindah-pindah saat di medan pertempuran,” kata Panut.

Rektor UII Nandang Sutrisno menambahkan, selain sebagai pejuang yang berkontribusi di medan pertempuran, Prof. Sardjito meletakkan pondasi pendidikan tinggi di Indonesia. Selain menjabat Rektor UGM, Sardjito juga menjadi Rektor UII yang mampu memperluas menjadi 22 fakultas yang tersebar di seluruh Indonesia. Sayangnya perluasan itu harus dihentikan karena pada 1968 pemerintah pusat menetapkan kebijakan fakultas yang berada di luar kota tidak memiliki status yang sama
dengan induk, akibatnya UII harus melepaskan cabangnya di daerah yang telah lama dirintas Prof. Sardjito.

“Cabang itu kemudian melebur ke beberapa perguruan tinggi daerah, seperti UII Cabang Gorontalo yang saat ini menjadi Universitas Islam Gorontalo,” ungkap Nandang saat menjadi pembicara seminar tersebut.

Semasa Sardjito jualah, berdiri pers mahasiswa di UII, kata Nandang, dengan nama majalah Muhibbah yang biaya penerbitannya disubsidi oleh Prof. Sardjito sendiri. Besarnya jasa Sardjito di bidang pendidikan, maka UII sepenuhnya mendukung pengusulan sebagai pahlawan. “Prof. Sardjito tidak hanya mengembangkan pendidikan di UII namun juga
seluruh kampus di Indonesia,” kata dia.

Menurut Prof. Panut berdasarkan latar belakang yang ada, maka Prof. Sardjito layak memperoleh gelar pahlawan nasional, sesuai dengan ketentuan UU No. 20/2009. “Sehingga menurut kami, Prof. Sardjito sangat layak dan patut memperoleh gelar pahlawan nasional RI,” tegas Panut.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X pun mendukung sepenuhnya pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Prof. Sardjito. “Pengusulan ini sangat penting karena Prof. Sardjito telah banyak mendapatkan penganugerahan, memiliki sifat tekun dengan motto yang tidak bisa dilupakan yaitu dengan member seseorang menjadi kaya. Inilah yang mungkin dapat
menjadi pijakan atas pengusulan sebagai pahlawan nasional,” ungkap HB X dalam sambutan yang dibacakan Wagub DIY KGPAA Sri Paduka Pakualam X dalam seminar tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya