SOLOPOS.COM - Tangkapan layar tokoh Dewi dalam film Meomuleuda yang menjadi juara II Lomba Film Pendek Piala Wali Kota Solo. (Youtube Gibran TV)

Solopos.com, SOLO — Film berjudul Meomuleuda yang menceritakan kisah cinta antara pemuda Korea dengan gadis asal Mojosongo, berhasil meraih juara II Lomba Film Pendek memperebutkan Piala Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Lomba itu digelar untuk memeriahkan HUT ke 277 Solo. Berdasarkan informasi diunggah di akun Instagram @gibran_rakabuming dan kanal Youtube Gibran TV, Senin (7/3/2022), film pendek berdurasi tujuh menit delapan detik itu disutradarai Riza B Utomo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Film yang dibintangi Gutami Hayu Pangastuti dan Sakingoho itu bercerita tentang kisah cinta Dewi dan Kim. Dewi berasal dari Kelurahan Mojosongo, Solo, sedangkan Kim merupakan pemuda asli Korea Selatan (Korsel).

Baca Juga: HUT Solo, 8 Kendaraan Perpustakaan Dispersip Diarak via Jalan Pujangga

Ekspedisi Mudik 2024

Dikisahkan dalam film peserta lomba Piala Wali Kota Solo, Dewi dan Kim saling jatuh cinta saat Dewi menjalani study atau belajar di Negeri Gingseng selama beberapa tahun. Pada suatu momen Dewi pulang kampung ke Mojosongo. Saat itu Kim menelepon Dewi karena kangen.

Dalam percakapan itu Kim mengutarakan niatnya mengajak Dewi tinggal di Korsel setelah mereka menikah nanti. Kim beralasan Korsel merupakan tempat yang nyaman dan banyak artis K Pop yang kebetulan menjadi idola Dewi.

Keindahan Mojosongo

Ada Blackpink, BTS, EXO, Red Velvet, dan masih banyak artis lainnya. Mendapat ajakan itu Dewi mengakui nyaman tinggal di Korea. Namun ia meminta Kim berkunjung ke Mojosongo, Solo, sebelum mengajaknya tinggal di Korea.

Baca Juga: Jumenengan KGPAA Mangkunagoro X, Gibran dan Kaesang Diundang?

Tokoh utama dalam film juara II Piala Wali Kota Solo itu bercerita tentang keindahan Mojosongo sebagai gambaran kecil dari Solo, Indonesia. Dia lantas menunjukkan satu tempat yang selama ini dia datangi ketika membutuhkan ketenangan. Tempat itu yakni Goa Maria Mojosongo.

Di tempat yang biasa digunakan umat Katolik untuk berdoa itu Dewi sering ditemani sahabatnya, Novita. Walau pun berbeda agama, Novita sering menemani Dewi saat berkunjung maupun berdoa di Goa Maria.

Dewi juga bercerita kepada Kim bahwa Mojosongo merupakan tempat tertinggi di Solo, sehingga tidak akan terkena banjir. Tak lupa Dewi menunjukkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo.

Baca Juga: Masih PPKM Level 3, Anak Ngemal di Solo Wajib Tunjukkan Bukti Vaksin

Dewi berharap sang kekasih bisa menerima dirinya dan daerah asalnya apa adanya. Setelah dari TPA Putri Cempo, Dewi mengajak Kim mengunjungi Taman Jayawijaya Mojosongo secara virtual. Di situ Kim dikenalkan dengan pentol.

Mengenalkan Solo

Jajanan itu banyak ditemui di seputaran Taman Jayawijaya. Di tempat itu Dewi juga mengenalkan kekasihnya kepada es teh plastikan, khas wong Solo. Dewi juga meminta Kim menyebut “Es teh”.

Kim pun berusaha keras menirukan kata “es teh” seperti yang diucapkan Dewi. Usaha Kim tak sia-sia, dia berhasil mengucapkan kata itu ala Korea. “Wes cocok dadi wong Mojosongo kowe Mas Kim,” ujar Dewi yang merasa bahagia.

Baca Juga: Antar Sendiri Undangan Jumenengan ke Keraton Solo, Bhre Dapat Pujian

Pada akhirnya, Dewi meminta Kim memutuskan apakah masih akan mengajak dirinya tinggal di Korea setelah melihat Solo dan Mojosongo. “Tunggu aku di Mojosongo, sayangku,” ungkap Kim dalam bahasa Korea.

Jawaban Kim membuat Dewi tersenyum bahagia lantaran usahanya mengenalkan Solo dan Mojosongo kepada sang kekasih tak sia-sia. Demikian romansa film pendek yang naskahnya ditulis Daniel A Morgana itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya