Kisah unik surat cinta ditemukan arkeolog di makam berusia 500 tahun mengurai kisah mengharukan.
Solopos.com, ANDONG – Kisah mengharukan muncul dari secarik kertas kuno yang ditemukan di peti mati. Surat yang ditemukan arkeolog ini bertuliskan ungkapan hati Eung saat ditinggal suaminya Eung Tae Lee yang telah mati.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dilansir Koreaboo.com, seperti dikutip Solopos.com dari Liputan6, Kamis (28/5/2015), pada bulan April 1998, para arkeolog menemukan peti mati Eung Tae Lee, di sebuah makam tua di Kota Andong, Korea Selatan.
Eung Tae Lee diketahui sebagai pria dari abad ke-16 yang meninggal saat berusia 30 tahun.
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam Lee mungkin menjadi penemuan yang paling romantis dan menyentuh hati.
Dilansir dari Koreaboo.com, Rabu (27/5/2015), saat makam dibongkar, para arkeolog menemukan sepucuk surat cinta memilukan berusia 500 tahun yang ditulis oleh sang istri. Juga sepasang sandal buatan tangan yang ditenun dari kulit rami dan rambutnya sendiri.
Kepada Ayah Won
1 Juni, 1586
Kau selalu berkata, “Sayangku, mari kita habiskan hidup bersama hingga akhir hayat dan meninggal di hari yang sama.” Tapi bagaimana bisa kau meninggal lebih dulu?
Kepada siapa kini aku dan putraku mengadu, dan bagaimana kami hidup selanjutnya? Teganya kau meninggalkanku lebih dulu
Ingatkah bagaimana kita dulu saling menautkan hati masing-masing?
Setiap kali kita berbaring bersama, kau selalu bilang, “Sayangku, apakah orang lain bahagia dan saling mencintai seperti kita? Apakah ada yang sebahagia kita di luar sana?”
Betapa teganya kau melupakan itu semua dan meninggalkanku sendiri
Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku hanya ingin pergi bersamamu. Ajaklah aku pergi bersamamu
Perasaan cintaku padamu tak akan pernah luntur, dan penderitaan ini terasa makin menyiksa saja
Bagaimana aku menata hatiku sekarang, dan bagaimana aku membesarkan seorang anak yang akan selalu merindukanmu?
Tolong baca surat ini dan berikan jawabanmu melalui mimpiku. Karena aku ingin mendengar penjelasan lengkapmu dalam mimpiku, kubuat surat ini dan kuletakkan di dekatmu.
Lihatlah lebih dekat dan bicaralah padaku.
Entah kapan aku melahirkan bayi yang kukandung ini, siapa pula nanti yang bisa ia panggil ayah? Adakah orang yang bisa merasakan penderitaan yang kualami?
Hanya aku yang merasakan tragedi pedih ini di muka bumi
Kau hanya berada di tempat yang berbeda dan tak merasakan rasa duka yang dalam seperti yang kurasakan. Selamanya aku akan menderita
Tolong baca surat ini dan temui aku dalam mimpi, aku ingin melihatmu, aku ingin mendengar jawabanmu
Aku percaya aku bisa melihatmu dalam mimpi. Datanglah diam-diam dan tunjukkan dirimu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan…”