SOLOPOS.COM - Esti Wijayati (Dok)

Esti Wijayati, Wanita yang gagal menamatkan kuliahnya di Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Sanata Dharma pada 1989 itu mengatakan, setidaknya ada tiga modal yang membuatnya mantap melanjutkan kariernya sebagai anggota DPR RI.

“Modal utama kulina rekasa [terbiasa hidup susah], akeh kanca [banyak teman] menjadi relawan, dan ndilalah [kebetulan] 15 tahun menjadi anggota Dewan cukup membantu saya berkomunikasi dengan masyarakat,” ujar caleg PDI Perjuangan yang lolos ke DPR RI tersebut, kepada Harian Jogja beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum menjabat dua periode sebagai anggota DPRD DIY dari 2004, ia memulai menjadi anggota DPRD di Kabupaten Sleman. Selama 15 tahun itu, ia mengaku berusaha untuk tidak putus melakukan komunikasi langsung dengan masyarakat. Di rumahnya, di daerah Sidoagung, Godean, Sleman, poskonya selalu dibuka untuk masyarakat.

Bahkan, karena komunikasi yang intensif di tingkat akar rumut, tak didugannya ada sekompok masyarakat yang mau bergabung dengannya posko MY Esti. Selain di Sidoagung, poskonya tersebar  di Nolagaten, Sleman, Kleban, Wirobrajan dan Gunungkidul. “Kleben itu bukan kader partai,” ungkapnya.

Mulanya, mereka tidak tiba-tiba memutuskan untuk bergabung, namun dimulai dari mengikuti satu dua kali kegiatannya berkomunikasi dengan masyarakat. Dukungan itu benar tak disangkanya, apalagi mereka sebelumnya mengaku telah mendapatkan order dari calon legislator lain.

Dengan semakin banyaknya relawan yang terlibat, kata dia, kegiatannya untuk bertatap muka langsung dengan masayarakat sebelum masa kampanye dapat dilakukan dengan lebih intensif. “Setahun sebelumnya maksimal tiga titik, tapi setengah tahun kemudian sehari rata-rata bisa sampai enam titik,” kata wanita kelahiran 17 Juni 1968 itu.

Esti tak menyangka dukungan yang diberikan dari relawan bisa all out, bahkan setiap kali pertemuan dengan warga sampai tengah malah dijalani. Padahal, ia pun mengaku tak banyak memberikan sistem gaji pada mereka, sehingga mereka bukanlah tim bayaran.

Slogan MY Esti yang digagas dari nama lengkapnya di ijazah ternyata sedikit banyak juga menggugah para relawan untuk merasa memiliki Esti. “My Voter for My Esti, itu kanca-kanca [teman-teman] sendiri yang buat,” katanya.

Lalu apa yang membuat para relawan tampak loyal? Kata Esti, masyarakat bakal banyak membantu untuk calon legislator yang dinilai potensial, namun tidak punya modal besar. Dari setiap kali pertemuan dengan warga, relawan  mengamati bagaimana seorang pribadi seorang calon itu.

“Saya dianggap bisa berkomunikasi dengan wong cilik. Tak jarang, ketika harus kumpul saya lakukan di tempat yang tidak elitis, seperti di pinggir jalan atau angkringan,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya