SOLOPOS.COM - Direktur Bisnis Solopos, Suwarmin (kiri), menyerahkan bingkisan berupa ayam panggang, produk lini usaha kuliner Solopos, kepada Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, di ruang kerja Bupati, Senin (8/2/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI -- Direktur Bisnis Solopos Grup, Suwarmin, membuka perbincangan bersama Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, dengan mengucapkan selamat atas kemenangannya dalam pemilihan kepala daerah Wonogiri 2020 lalu. Lalu obrolan di ruang kerja Bupati, Senin (8/2/2021) itu mengalir.

Suwarmin menilai kiprah lelaki yang akrab disapa Jekek itu selama lima tahun terakhir tanpa diwarnai drama dan hal-hal yang viral di media sosial.
Jekek lantas berbicara dalam selubung masker N95 yang dipakainya. Sejak awal dia tak pernah pengin bermain media sosial. Hingga sekarang dia tak memiliki akun pribadi media sosial, baik Facebook, Twitter, Instagram, maupun Youtube.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya tak ingin bermain drama. Saya berpikir mudah saja. Kalau anggaran dikelola ora nganggo [enggak pakai] drama gitu saja. Ora usah nganggo gimik-gimikan [tak perlu pakai gimmick], tapi berbasis data, out come [hasil yang bisa dinikmati], dan berkelanjutan insya Allah memberi manfaat bagi masyarakat,” ucap Bupati di antara kacang mete, ampyang, dan air mineral yang tersuguh di mejanya.

Baca juga: Heboh Seluruh Anggota BPD Ngabeyan Mengundurkan Diri, Bupati Wonogiri: Ini Ironis!

Pada periode pertamanya (2016-2021) ini, dia sengaja tak show off atau mengumbar pencapaian kepada publik, terlebih melalui media sosial. Bahkan, di tahun-tahun menjelang pilkada tahun lalu pun tidak dilakukannya. Dia merasa tak pantas menggembar-gemborkan suatu hal, tapi faktanya di dalam terdapat masalah yang masih perlu diperbaiki.

Banyak Masalah

Kali pertama menjabat bupati, dia merasa tantangannya sungguh berat. Betapa tidak, angka kemiskinan di Wonogiri pada 2016 lalu masih tinggi, yakni 13,12%. Indeks pembangunan manusia masih diklasifikasi sedang, di angka 68,23. Kekeringan di wilayah selatan menjadi masalah tahunan yang tak pernah usai, jalan rusak parah, dan kondisi miris lainnya. Dia merasa tak pantas jika capaian yang direngkuh dari hasil bekerja yang baru sebentar saja digaungkan di mana-mana.

Jekek memilih menggunakan energinya untuk fokus mengatasi masalah itu. Dia berpikir sederhana dengan bertanya pada diri sendiri. Anggaran yang dikelola setiap tahun mencapai senilai Rp2,4 triliun masak tak bisa mengentaskan penduduk miski?. Masak anggaran begitu besarnya masa tak bisa memberi layanan pendidikan dan kesehatan gratis? Dengan anggaran itu masak masalah kekeringan tak bisa diatasi?

Baca juga: Pulang dari Ladang, Nenek di Paranggupito Wonogiri Meninggal Tertimpa Pohon

“Saya enggak main drama karena ingin membangun landasan pacu yang kokoh terlebih dahulu. Saya enggak ingin langsung take off [lepas landas], sementara landasan pacu masih keropos. Jika demikian saya bisa tergelincir suatu ketika,” ulas Bupati yang tak lama lagi akan dilantik dan meneruskan kepemimpinan periode kedua itu.

Kemenangan Mutlak

Strateginya berhasil. Lima tahun bekerja dia mampu merengkuh capaian yang tak sekadar monumental. Indikatornya mudah saja. Dia meraih 484.262 atau 83,32% suara dari total 595.142 lembar surat suara digunakan tanpa kampanye sekali pun di pilkada 2020. Bahkan, suara yang sulit diraih di salah satu kecamatan, pada kontestasi lalu kecamatan tersebut memberi lebih dari 95% suara.

“Saya tak sekali pun kampanye, karena saya mengandalkan suara murni dari warga. Tanpa memberi apa pun, padahal biasanya momen politik seperti itu jamak terjadi hal yang transaksional,” imbuh bapak satu anak itu.

Baca juga: Ternyata Ini Permasalahan yang Bikin Seluruh Anggota BPD Ngabeyan Wonogiri Ingin Mengundurkan Diri

Bagaimana bisa publik Wonogiri begitu jatuh hati kepada Joko Sutopo? Jawabannya karena adanya perubahan di daerah penghasil gaplek tersebut. Dalam lima tahun dia mampu menyuguhkan lebih kurang 1.000 km jalan yang mulus, pendidikan gratis di tingkat SD hingga SMP dan yang sederajat baik negeri maupun swasta. Kemudian layanan kesehatan gratis, masalah kekeringan di wilayah selatan yang berangsur teratasi, peningkatan kesejahteraan bagi guru tidak tetap/pegawai tidak tetap, dan sebagainya.

Atas intervensi berbagai program pembangunan ekonomi dan manusia itu penduduk miskin di Wonogiri dari 13,12% pada 2016 turun menjadi 10,86% pada 2020. Tingkat kemiskinan selama lima tahun tersebut berada pada tren positif, meski pada 2020 naik 0,61% karena digempur pandemi Covid-19. Indeks pembangunan manusia tumbuh dari 68,23 hingga masuk klasifikasi tinggi di angka 70,25. Klasifikasi tertinggi yang pernah dicapai Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya