SOLOPOS.COM - Satgas BPBD Karanganyar, Wahyu Tri Yuliana, 29, (tengah), mengenakan APD saat ikut membantu rekan-rekannya menjadi tim pemulasaraan jenazah pada Sabtu (29/5/2021). (Istimewa/Dokumentasi BPBD Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR—Wahyu Tri Yuliana, 29, menjadi bagian dari satuan tugas (satgas) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar sejak delapan tahun lalu. Selama itu, Ana, sapaan akrabnya, mengaku hanya mengerjakan tugas-tugas administrasi.

Tetapi, Sabtu (29/5/2021) ini menjadi hari yang berkesan buatnya. “Ini kali pertama saya memakai APD [alat pelindung diri] komplet, masker, kaca mata, sepatu bot. Masih diajari teman-teman saat memakai APD komplet. Lalu nggendong tangki,” ujar dia tertawa lirih dari balik masker saat berbincang dengan wartawan, Sabtu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ana bersama delapan rekannya rampung memakamkan jenazah menggunakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Mereka mengebumikan jenazah yang diduga terpapar Covid-19 di salah satu makam di Lingkungan Cerbonan, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Karanganyar sekitar pukul 10.30 WIB. Sabtu pekan ini, Ana mendapatkan giliran piket di kantor. Biasanya, dia hanya mengerjakan tugas administrasi selama piket di kantor.

Baca Juga: Karanganyar Bangun Mall Pelayanan Publik Senilai Rp3,8 Miliar

“Ini mendapatkan tugas menyemprotkan disinfektan sebelum dan sesudah pemakaman. Ini tugas pertama saya sebagai anggota tim pemulasaraan jenazah. Bawa [menggendong] disinfektan ternyata berat. Enggak seperti kerja kantoran,” tutur dia.

yuliana
Anggota Satgas BPBD Karanganyar, Wahyu Tri Yuliana, 29. (Istimewa/Dokumentasi BPBD Karanganyar)

Dia juga menceritakan pengalaman pertamanya mengenakan APD komplet. “Pakai APD komplet itu kan seakan-akan sumpek. Dan memang iya. Saya bisa mendengar napas saya sendiri. ‘hhh... hhh....’ kayak begitu. Tapi ini pengalaman berkesan, keren,” tutur dia.

Dia mengaku tidak waswas terkait keselamatan diri selama proses pemakaman. Menurut dia, seluruh anggota tim pemulasaraan sudah dibekali peralatan komplet sehingga aman saat memakamkan jenazah selama pandemi Covid-19. Tetapi, ibu satu anak itu mengaku sempat deg-degan saat hendak masuk ke area pemakaman.

“Enggak waswas, enggak terlalu takut [masuk area pemakaman]. Pas mau masuk [permakaman] permisi, mengucapkan salam. Yang penting, saya tidak melihat jenazahnya. Saya enggak khawatir [soal pengamanan diri], saya pikir aman,” ujar dia.

Baca Juga: 3 Warga Tawangmangu Karanganyar Dipanggil Satgas Covid-19 Kecamatan, Ada Apa?

Dorongan Empati

Ana mengaku sudah lama berkeinginan menjadi tim pemulasaraan jenazah. Dorongan rasa empati sekaligus penasaran terhadap kerja teman-teman lelaki yang membuatnya ingin jadi tim pemulasaran jenazah. Setiap kali tim pemulasaraan kembali ke kantor BPBD, kata Ana, mereka menceritakan tantangan dan pengalaman seusai memakamkan jenazah.

Kebetulan, katanya, dia mendapat tawaran membantu tim pemulasaraan jenazah. Awalnya Ana mengira ajakan dari rekan-rekannya itu candaan. Hingga akhirnya dia menjadi bagian dari tim pemulasaraan.

“Ditawari teman-teman, ‘kowe melu pemulasaraan gelem ora?’ Saya kan piket hari ini. Tak kira [teman-teman] gojek. Lalu saya disuruh pulang ambil baju ganti. Yas udah, ikut. Sebetulnya lama ingin ikut karena mau tahu pemakaman protokol Covid-19 dan tidak itu bedanya apa. Pak Kalak [Kepala Pelaksana Harian BPBD] pernah menawari, tetapi saya ragu-ragu. Baru ini tadi merasa mau dan mantap,” tutur dia.

Ana mengaku akan ikut bergabung dengan tim pemulasaraan lagi, tetapi dia menyebutkan satu syarat. “Kalau diajak lagi, ya ikut. Kalau enggak diajak, enggak mau,” ujarnya terkekeh.

Baca Juga: Karanganyar Dapat Tambahan 9.700 Dosis Vaksin Sinovac, Ini Peruntukannya

Doakan Siapa pun Jenazahnya

Ana juga takjub dengan kerja tim pemulasaraan jenazah. Hal yang membuatnya takjub adalah tim pemulasaraan akan mendoakan jenazah yang telah dimakamkan tadi. Mereka tidak memandang apakah jenazah itu keluarga, kerabat, pejabat, masyarakat umum, dan lain-lain.

“Teman-teman itu selesai memakamkan, jongkok di dekat kuburan. Mereka mendoakan. Padahal mungkin tidak kenal dia [jenazah yang dimakamkan] siapa. Tadi saya juga ikut mendoakan. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran dan ketabahan,” tutur dia.

Koordinator tim pemulasaraan BPBD Kabupaten Karanganyar, Nugroho Budi Santoso, menyampaikan Ana menjadi perempuan pertama di Kabupaten Karanganyar yang bergabung menjadi tim pemulasaraan jenazah menggunakan protokol kesehatan. Nugroho menceritakan bahwa BPBD Kabupaten Karanganyar menyiapkan tiga tim dalam satu kali sif.

“Kami masih dibantu teman-teman sukarelawan, TNI/Polri. Satu tim itu sembilan orang. Delapan orang anggota dan satu orang sebagai koordinator,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya