SOLOPOS.COM - Agus Martowardojo (Dok)

Solopos.com, JAKARTA – Mantan Direktur Utama Bank Mandiri (Persero) Agus Martowardojo mengenang masa-masa sulit awal berdirinya perseroan pada periode 1998 sampai dengan 1999.

Agus menuturkan pada 2 Oktober 1998, Bank Mandiri didirikan untuk menerima penggabungan empat bank, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Saat itu, kondisi sedang krisis, total kerugian empat bank yang bergabung ke Bank Mandiri Rp124 triliun,” ujarnya saat menerima penghargaan lifetime achievement Bank Mandiri, dalam rangkaian HUT ke-23 perseroan, Sabtu (2/10/2021) seperti dikutip dari Bisnis.

Dia melanjutkan bahwa pada 1999, atau tepatnya saat legal merger, masih ada kerugian sebanyak Rp68 triliun. Utang tersebut perlu dibayarkan guna menghindari kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada emiten bersandi BMRI tersebut.

Baca Juga: Belanja di Solo Great Sale 2021 Bisa Dapat Rumah, Begini Caranya

Beruntung, lanjutnya, negara memutuskan untuk melakukan merger dan memberi suntikan modal sebesar Rp174 triliun kepada Bank Mandiri pada 1999.

“Kami bersyukur sekarang pada hari ulang tahun bank mandiri ke-23. Kalau kita lihat tahun 1998-1999, total aset Bank Mandiri hanya Rp240 triliun, sekarang, total aset Bank Mandiri Rp1.600 triliun, sudah berlipat-lipat,” ujarnya.

Sejak didirikan, kinerja Bank Mandiri senantiasa mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp1,18 triliun pada 2000 hingga mencapai Rp5,3 triliun di tahun 2004.

Sampai dengan semester I/2021, bank berlogo pita emas itu, membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,5 triliun atau tumbuh 21,45 persen secara tahunan (YoY).

Baca Juga: Sambut Kedatangan Wisata Mancanegara, Bali Siapkan Hotel Karantina

Pertumbuhan laba terutama didukung oleh pendapatan bunga bersih sebesar 21,50 persen yoy menjadi Rp35,16 triliun.

Selain itu, pendapatan berbasis jasa (fee based income) yang tumbuh 17,27 persen yoy menjadi Rp15,94 triliun, turut menopang pertumbuhan laba.

Adapun penyaluran kredit naik 16,37 persen secara tahunan menjadi Rp1.014,3, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) naik 19,73 persen secara tahunan menjadi Rp1.1692 triliun. Dari total DPK, komposisi dana murah sebesar 68,49 persen atau mencapai Rp800,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya