SOLOPOS.COM - Seorang sesepuh kampung memanjatkan doa kepada Tuhan agar kirab di Sendang Joko Pitutur, Turi, Sine, Sragen, lancar, Minggu (10/10/2021). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Warga menggelar kirab gunungan hasil bumi untuk memeriahkan pasar kuliner tempo dulu di Sendang Joko Pitutur Turi, Kampung Turi, Kelurahan Sine, Sragen Kota, Sragen, Minggu (10/10/2021). Kirab digelar sebagai sarana melesatarikan tradisi leluhur Turi.

Kirab dimulai dari depan rumah sesepuh kampung. Tiga gunungan berisi hasil bumi, seperti pisang, sayuran, dan aneka olahan makanan tradisional, diarak menuju sendang. Kirab itu menempuh perjalanan sepanjang 150 meter.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama kirab ditabuhi musik reog dan diikuti para tokoh dan sesepuh masyarakat setempat. Di sepanjang jalur kirab ada pedagang yang membuka stan. Mereka pedagang umum yang memanfaatkan momentum kirab itu.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Gunung Kemukus Siap Buka Pekan Ini, Tinggal Tunggu Lampu Hijau Bupati

Di lingkungan sendang ada stan khusus yang disiapkan warga setempat sebagai pusat kuliner tradisional. Ada 23 stan kuliner tradisional yang disiapkan di kompleks sendang yang ada di pinggir sawah itu. Kuliner tradisional itu berisi tiwul, nasi jagung, dawet, jenang pati, dan aneka makanan tradisional lainnya.

Melestarikan Tradisi Leluhur

Sesampainya di sendang, pengelola pasar kuliner tradisional, Hari Modem, menyerahkan tiga gunungan itu kepada sesepuh kampung. Gunungan itu diterima Ketua RW 011, Pardi, didampingi Ketua RT 001 Tugiman dan RT 002 Sanadi.

Pardi menyampaikan terima kasih kepada warga di lingkungan RT 001-004 Kampung Turi yang masih menjaga dan melestarikan tradisi leluhur.

Baca juga: Mantap Banget! Sangiran Masuk Daftar 50 Desa Wisata Terbaik

Ia mengingatkan situasi Sragen masih Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 sehingga para warga diharapkan tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

“Kuliner tempo dulu ini diadakan setiap Sabtu dan Minggu secara rutin. Kami minta para warga bisa menyampaikan ke tetangga dan teman. Ini swadaya murni dari warga agar ekonomi masyarakat bangkit. Bila sudah berjalan baik diharapkan bisa mendapat dukungan dari pemerintah,” ujarnya.

Pardi menerangkan tradisi gunungan atau jembulan ini akan menjadi tradisi rutin setiap 35 hari dengan mengambil pasaran Sabtu Pon. Dia mengatakan tradisi itu merupakan wujud syukur kepada Tuhan sekaligus sebagai tolak bala agar Bumi Sukowati terhindar dari berbagai bencana apa pun.

Baca juga: Panen Bawang Merah ABMI-BI Tanpa Bupati Sragen, Petani Kecewa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya