SOLOPOS.COM - Salman Subakat (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Selama tiga bulan sejak Januari 2021, 15 wartawan dari berbagai media di Indonesia, termasuk Solopos mengikuti pelatihan virtual Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang diselenggarakan Gerakan Jurnalistik Peduli Pendidikan (GJPP).

Awak media ini memperoleh beragam ilmu sekaligus kesempatan berdiskusi dengan banyak kalangan seperti wartawan senior, akademisi, pelaku di ekosistem pendidikan, hingga pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelatihan ini bertujuan salah satunya menambah wawasan wartawan khususnya tentang dunia pendidikan. Diharapkan, media melalui para wartawannya dapat mengarusutamakan berita-berita pendidikan yang selama ini kalah gaung dengan berita politik atau berita olahraga. Padahal berita-berita pendidikan juga penting diketahui masyarakat untuk membangun kepedulian terhadap pendidikan itu sendiri.

GJPP ini digagas oleh seorang yang sebenarnya tidak punya latar belakang sebagai jurnalis. Dia adalah Salman Subakat, Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation (PTI), sebuah perusahaan kosmetik dengan brand Wardah, Make Over, Emina, dan Kahf.

Salman memang dikenal sebagai seorang yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya ia lakukan melalui program-program atau gerakan-gerakan yang melibatkan berbagai pihak.

Dan GJPP ini hanya salah satu dari wujud kepeduliannya itu. Masih ada gerakan lain yang ia inisiasi atau ia kelola di PT PTI seperti Good Leader Good Teacher, Wardah Inspiring Teacher, Semua Murid Semua Guru, Lecturer Coaching Movement, dan Pelatihan Inspiring Lecturer.

Mengajarkan Pentingnya Pendidikan

Kepedulian terhadap pendidikan ini sudah dimulai sejak keluarga Salman Subakat membangun perusahaan tersebut pada 1985. Mereka selalu mengajarkan pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik.

Kepedulian keluarga dicontohkan dengan memberikan beasiswa pendidikan yang awalnya hanya diberikan kepada Paragonian, istilah untuk karyawan PT PTI. Hingga saat ini program beasiswa terus berjalan dan dikembangkan kepada masyarakat.

“Kakek nenek saya adalah guru. Orang tua saya juga peduli bidang pendidikan. Jadi sejak awal kalau ada sisa rezeki keluarga, larinya ke [pemberian] beasiswa. Pendidikan dapat mengubah hidup seseorang itu juga sudah didengung-dengungkan sejak saya SD [dari keluarga],” imbuh laki-laki kelahiran Jakarta, 1980 ini.

Sebelum Salman lebih dalam masuk ke dunia pendidikan seperti sekarang ini, ia sempat menilai bahwa pendidikan di Indonesia baik-baik saja. Hal ini ia lihat dengan kacamata pendidikan di Ibu Kota atau kota besar. Siswa bisa bersekolah dengan lancar. Siswa dari keluarga tidak mampu dibantu dengan beasiswa untuk biaya sekolahnya. Sehingga bentuk perhatian terhadap pendidikan diwujudkan dengan pemberian beasiswa.

Namun kemudian ia merasa bahwa pendidikan bukan hanya soal beasiswa. Sekolah bukan hanya masalah biaya, pendidikan bukan hanya tentang menyekolahkan anak dari PAUD hingga perguruan tinggi.

Masih banyak lini-lini lain pendidikan yang harus dimajukan seperti pengembangan guru, pengembangan dosen, dan sebagainya. Apalagi jika dibandingkan dengan di negara maju, pendidikan Indonesia masih tertinggal.

“Saya dulu mengira pendidikan Indonesia baik-baik saja. Ternyata perlu perbaikan-perbaikan. Apalagi pendidikan di luar negeri sebegitu maju sehingga saya akhirnya terpanggil untuk mencoba berkontribusi untuk pendidikan,” ujar putra pendiri PT PTI, Nurhayati Subakat, ini kepada wartawan dalam salah satu sesi pertemuan virtual GJPP, Kamis (18/3/2021).

Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menyadari bahwa memajukan atau membangun pendidikan harus dilakukan bersama-sama. Sehingga di tengah kesibukannya mengelola sekitar 10.000 Paragonian, Salman menyempatkan untuk mencari dan menemui orang-orang di luar perusahaan yang punya semangat dan kiprah dalam memajukan pendidikan. Ia mendukung dan membiayai mereka.

Di antaranya dukungan kepada program sudah dijalankan oleh lembaga Rumah Amal Salman (RAS) Bandung.

Program itu berupa bimbingan belajar bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu agar memperoleh kesempatan yang sama dengan teman mereka dari kalangan keluarga mampu bersaing masuk ke perguruan tinggi.

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Direktur RAS, M. Kamal Muzakki, mengatakan dukungan Salman memberi kepercayaan diri untuk mengembangan program yang dia jalankan bersama 35 alumni dan mahasiswa ITB itu.

“Bang Salman membuat kami lebih percaya diri. Selain dukungan biaya, kami dapat paling besar dari Bang Salman adalah cultural coaching, strategic issues, dan mentorship,” ujarnya.

Sementara itu, di mata CEO pemimpin.id, Dharmaji Suradika, Salman adalah sosok yang peduli pendidikan bukan hanya dengan memberikan dukungan finansial, tetapi juga dukungan pengembangan sumber daya manusianya.

“Pola pendidikan yang Pak Salman berikan kepada kami adalah jangan sampai kita cuma ngasih beasiswa. Tetapi kita harus menjaga, mendidik, dan mendampingi para penerimanya [beasiswa]. Harapannya anak-anak bisa jadi mentor selanjutnya dan berkembang menjadi orang lebih baik,” ujar pria yang akrab disapa Aji ini.

Kegiatan pemimpin.id sendiri antara lain memberikan pendidikan dan pelatihan-pelatihan kepemimpinan di kampus dan sekolah agar mereka menjadi pemimpin yang baik di kemudian hari.

Support pemimpin.id dalam mencetak pemimpin dengan kegiatan-kegiatan bootcamp gratis ke kampus-kampus/Badan Eksekutif Mahasiswa [BEM] dan OSIS [Organisasi Siswa Intra Sekolah], diberikan ilmu-ilmu kepemimpinan. Dengan pemimpin yang baik akan membawa indonesia ke arah yang lebih baik,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya