SOLOPOS.COM - Lahan pertanian Petani Milenial di Bangka Tengah. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO--Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang terus tumbuh di tengah pandemi. Pada kuartal I 2020 sektor pertanian tumbuh 16,24 persen dan kuartal II tumbuh 15,46 persen. Meski ada kontraksi, sektor ini masih bisa tumbuh 2,15 persen pada kuartal III 2020.

Selain itu, di tengah pandemi ini, Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan ada surplus beras September. Stok pangan dipastikan aman hingga akhir Desember 2020. Bahkan, Kementan memperikan ada carry over 7 juta ton beras pada Desember hingga Januari 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Meski pandemi, sektor pertanian satu-satunya PDB yang menggeliat,” kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementan, Prof. Dedi Nursyamsi, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19 di Jakarta, Senin (23/11/2020).

Namun, produktivitas yang terus dijaga di masa pandemi ini ditopang oleh 33 juta petani yang sebagian besar umurnya tua. Populasi petani ini diperkirakan kurang dari 30 persen yang berusia di bawah 40 tahun.

Berkaca dari hal ini, Kementan menyasar regenerasi petani kepada kelompok milenial. Sejak setahun terakhir, Kementan memiliki 67 duta petani milenial dan duta petani andalan di seluruh Nusantara. Mereka mengatasi persoalan-persoalan pertanian mulai dari mengubah mind set hingga inovasi teknologi berbasis internet of things (IoT).

“Kita tunjukkan kepada anak muda bahwa pertanian itu keren dan menghasilkan duit. Kita berharap pesan ini sampai ke semua anak muda Indonesia,” ujar Dedi.

Tetap Hangat Di Musim Hujan, Lakukan 8 Cara Berikut

Sektor Bonafid

Ketua Duta Petani Milenial, Sandi Octa Susila, mengatakan sektor pertanian merupakan sektor bonafid. Pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tangguh di tengah pandemi Covid-19. Sayangnya, masih banyak pandangan orang menilai pertanian itu kumuh, kucel dan tak menghasilkan uang.

“Kita terlalu lama terkunci paradigma konservatif. Di tangan milenial itu diubah. Ada aplikasi kita gunakan dari sisi IoT. Kalau dulu delapan hektare harus keliling, sekarang kita lihat dari dashboard website. Kalau mau lihat detail, kita terbangkan drone. Kita cek lebih detail,” kata Sandi.

Sandi selama ini menyuplai produk hortikultura untuk pasar modern. Di tahun kelimanya ia memiliki mitra 385 petani dari awalnya hanya 5-15 petani. Ia juga mengelola 94 hektare lahan melalui program edukasi bersama.

Tak hanya itu, ia juga memutus rantai distribusi produk pertanian dari sembilan mata rantai menjadi hanya tiga mata rantai. Dari pemotongan itu, ada empat tahapan yang semula ia kerjakan, kini diserahkan kepada petani. Hasilnya, petani memiliki margin lebih dan pengiriman yang lebih efisien.

“Keempat ini misalnya kangkung harganya Rp1.500. Kami bisa jadi Rp4.500 tapi harus ada sortasi atau grading, dibersihkan, disimpan, dan distribusi. Petani milenial mem-bridging itu semua,” tutur dia.

Beredar Info Bangsal Isolasi Covid-19 Di Solo Penuh, Cek Faktanya!

Dampak Sosial Tinggi

Petani milenial lainnya, Jatu Barmawati, mengatakan usaha pertanian menjadi seksi lantaran tak hanya memiliki profit tetapi juga dampak sosial yang tinggi. Manfaat dari sektor ini dirasakan banyak orang lantaran semua membutuhkan pangan.

Jatu selama ini menyuplai buah eksotik dan anek sayuran untuk pasar Eropa. Sejumlah komoditas yang digarapnya yakni jengkol, petai, buah naga, dan lainnya. Ia harus berinovasi menghadapi usaha taninya yang berkontraksi akibat pandemi. “Semua orang butuh makan jadi bisnis ini tak pernah mati,” kata dia.

Petani milenial di tengah pandemi mampu menjembatani keterbatasan petani tua yang selama disebut sebagai petani kolotnial. Kelompok kolotnial yang tak terbiasa memasarkan produknya memakai IoT, terbantu oleh petani milenial. Sistemnya yang end to end user membuat harga komoditas lebih baik.

“Inovasi lahir karena petani milenial bersemangat melahirkan produk inovatif. Di masa pandemi ini jauh lebih banyak startup untuk mendistribusikan pangan. Sedangkan di hulu, saya melihat banyak sekali bermunculan seperti hidroponik, aquaponik dan lainnya,” ujar dia.

Jatu mengajak semua kaum milenial untuk menekuni sektor pertanian. Menjadi petani merupakan pekerjaan mulia karena menyediakan sumber pangan bagi orang lain. “Petani bukan hanya profit memenuhi kebutuhan belaka tapi melihat ini sebagai ibadah. Jangan malu jadi petani karena itu bentuk ibadah kita kepada sesama,” kata Jatu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya