SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Pascagempa 2006, ratusan pedagang elektronik di lantai tiga sebelah timur Pasar Beringharjo mulai meninggalkan lapak daganganya. Kini, 12 tahun kemudian, hanya tersisa sekitar 10 orang pedagang yang berjualan di tempat ini.

Tak banyak pembeli lalu lalang. Sejumlah pedagang yang menganggur menunggu pembeli hanya menghabiskan sebagian besar waktu menonton televisi. Apalagi barang yang dijual tak semuanya baru. Sebagian adalah barang-barang antik seperti radio zaman dahulu, mesin ketik bekas serta berbagai peralatan rumah tangga lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gatot, salah satu pedagang elektronik perlengkapan mobil kepada Harian Jogja, Senin (10/9) menuturkan, suasana sepi sudah jadi hal biasa di tempat ini, kendati kontras dengan lantai satu pasar Beringharjo yang dipadati pengunjung. Namun bertahan di tempat ini menurutnya lebih baik ketimbang pindah ke tempat lain atau membangun ruko milik sendiri di luar. Kedua cara itu tak mungkin dilakukan karena ia tak punya modal dan tak ada lagi los pasar lain yang dapat ia tempati.

Ia menceritakan, setelah gempa, rekan-rekanya sesama pedagang kebanyakan meninggalkan Beringharjo. Sebagian pindah ke Pasar Klithikan, membuka usaha sendiri atau beralih ke profesi lain. “Karena dulu di sini pas gempa bangunanya juga rusak, pedagang yang rumahnya kena gempa juga entah pergi kemana-mana,” kenangnya.

Karena sepi pedagang, pengunjung juga ikut sepi, sementara pedagang yang tersisa juga memilih pergi karena pengunjung semakin sepi dari tahun ke tahun. Gatot sendiri memilih bertahan karena ia telah memiliki pelanggan.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya