SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, melayani wawancara awak media di Kompleks Balai Kota Solo, Kamis (4/11/2021) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Deretan jajan pasar seperti kue lumpur, lemper, bakwan goreng, hingga serabi ditata berjajar di salah satu stan acara Smartcity dan Digitalisasi Pasar oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di Pendhapi Gede Balai Kota Solo, Jumat (26/11/2021) siang. Lapak tenongan dengan nama Yuni Snack yang biasa berjualan di pojok Pasar Kadipolo ini semringah saat menyambut Sang Wali Kota, Gibran Rakabuming Raka, didampingi jajaran direksi Bank BNI.

Gibran memilih beberapa makanan lalu meminta si penjual menaruh ke sebuah kresek. Siang itu, sang Wali Kota belanja sebanyak Rp100.000.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selesai memilih jajanan, dia langsung mengeluarkan smartphone dan melakukan transaksi scan QR-Code BNI. “Udah ya Bu, ini udah berhasil. Lihat, sudah ya,” kata Gibran sembari menunjukkan tanda selesai bertransaksi kepada Yuni dan para jurnalis.

Baca Juga: Sejarah Pola Situasional dalam Suksesi KGPAA Mangkunagoro Solo

Tak hanya saat di Pendaphi Gede Balaikota Solo, transaksi dengan QR-Code BNI sudah jadi kesehariannya saat berjualan di Pasar Kadipolo. Ia melayani transaksi digital khususnya dengan scan barcode QR-Code sejak beberapa bulan lalu.

Hal ini cukup memudahkan bagi Yuni. Berkat bank digital ini, tak ada lagi cerita bingung mencari uang pecahan untuk kembalian para pembeli. Keuntungan lainnya, ia tak perlu menyimpang uang hasil penjualan di dompet sehingga cukup aman.

“Jadi lebih aman, karena kan nyimpan uangnya enggak di dompet lagi. Enggak bingung golek susuk [mencari uang kembalian],” kelakarnya.

Baca Juga: Kebun Raya Indrokilo Boyolali Jadi Habitat Pelestarian Flora-Fauna

Yuni merupakan generasi kedua dari pedagang tenongan di Pasar Kadipolo. Ibunya berjualan sejak tahun 1990. Setelah ibunya meninggal, usaha itu diwariskan kepadanya.

Ada ratusan jajan pasar yang dia jual setiap hari. Ia juga dikenal sebagai langganan keluarga Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Wiranto. “Biasanya Bapak atau Ibu Wiranto pesan lumpia rebung, serabi, pisang karamel,” sebutnya.

Sementara, sehari-hari, aktivitasnya di pasar dimulai pukul 04.00 WIB. Ia melayani para pembeli besar yang kulakan terlebih dahulu. Jelang siang sekitar pukul 08.00 WIB baru datang para pembeli eceran. Transaksi biasanya selesai pukul 12.00 WIB.

Baca Juga: Minim, Capaian Pajak Pengangkutan Galian C di Klaten

Rutinitas itu dijalaninya sejak puluhan tahun lalu. Dulu, transaksi mengandalkan pembayaran secara langsung. Sebelum pandemi Covid-19 pernah ada sosialisasi soal transaksi online, namun tak begitu digubris.

Sampai akhirnya pandemi Covid-19 masuk ke Solo pada Maret 2020. Saat itu sempat deg-degan karena semua aktivitas dibatasi, bahkan tak boleh bersentuhan dengan orang asing. Sampai akhirnya ia tau teknologi transaksi digital, dan ikut mendaftar.

Saat ini penggunanya memang belum terlalu banyak. Namun, ia tetap menjadikannya sebagai opsi pembayaran. Sebab, Yuni, sadar betul bahwa pembayaran digital bakal jadi andalan beberapa tahun ke depan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (TI).

Baca Juga: Kisah Guru Honorer Ikut Tes PPPK, Ada yang Lega Ada yang Masih Berjuang

 

Buka Cabang

Perkembangan TI ini juga yang membuatnya berani membuka cabang usaha baru. Yuni berencana menjual bakmi di kediamannya daerah Pajang. Rencananya jualan tersebut akan dia daftarkan ke platform jual beli online seperti Grab Food ataupun Go Food.

“Kalau dulu mikirnya jualan hanya di pasar. Di zaman digital begini, bisa jualan dari rumah saja. Ya nanti rencama mau jualan bakmi sih Mbak,” kata pedagang tenongan langganan keluarga Ketua Dewan Petimbangan Presiden, Wiranto, ini.

Sebelumnya, Pemkot Solo mendorong digitalisasi Pasar Tradisional sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi. Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Heru Sunardi, menjelaskan bahwa digitalisasi diawali dengan pembayaran retribusi nontunai.

Baca Juga: Ratusan Honorer Non K2 Masih Harus Berjuang agar Lolos PPPK

Pasar Kadipolo dan Pasar Gede mengawali program tersebut. Selanjutnya bakal disusul 42 pasar tradisional lain.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya