SOLOPOS.COM - Galih Andika Saputra, 28, petani milenial asal Desa Ngemplak, Kecamatan Kalikotes di lahan pertanian yang dia kelola, Selasa (14/9/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Petani milenial Klaten, Galih Andika Saputra, 28, sukses membudidayakan bawang merah denganmeraup omzet yang tinggi. Galih pun memiliki kiat khusus dalam bercocok tanam.

Galih fokus pada tanaman jenis hortikultura. Tak asal bercocok tanam, jenis hortikultura yang dia tanam disesuaikan dengan kondisi cuaca serta potensi pasar ketika memasuki masa panen. Ketepatan memilih jenis hortikultura yang ditanam bisa mendatangkan keuntungan lebih ketika panen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setahun terakhir pemuda itu mempelajari pola pasar hortikultura secara autodidak. Selain referensi dari dunia maya, tak jarang dia pergi ke pasar tradisional untuk belanja sekaligus mengecek harga komoditas hortikultura. Kini Galih benar-benar menikmati menjadi seorang petani milenial.

Baca Juga: Petani Milenial Klaten Sukses Budi Daya Bawang Merah, Omzetnya Tembus Rp100 Juta

Bertani itu menyenangkan. Dari gambaran saya dulu itu jadi petani nanti kotor dan lain-lain, tetapi sebenarnya di balik itu banyak hal menguntungkan. Menyenangkan ketika dari menanam, merawat, hingga bisa menikmati hasil dari kerja,” kata dia.

Bermodal Rp15 juta dari uang tabungan yang ia kumpulkan selama bekerja di hotel, Galih mempraktikkan ilmu yang dia peroleh pada lahan dengan luasan sekitar 1.600 meter persegi. Sawah milik orang tua dia manfaatkan untuk bercocok tanam.

Semua proses produksi termasuk perawatan dia kerjakan sendiri. Sekitar dua bulan kemudian, bawang merah yang dia tanam bisa dipanen dan laku Rp45 juta. Alhasil, pendapatan bersih yang bisa dia peroleh mencapai Rp25 juta. Galih menjajal bertanam jenis hortikultura lainnya selain bawang merah seperti gambas.

Omzet

Dari hasil cocok tanam gambas itu, Galih bisa mendapatkan omzet Rp7 juta dengan modal Rp700.000. Omzet terbesar yang dia peroleh selama lebih dari setahun terakhir menjadi petani yakni Rp100 juta dari budi daya bawang merah. Pemasaran bawang merah dilakukan Galih memanfaatkan media sosial.

“Bawang merah yang saya tanam saat ini sudah ada 10 orang yang menawar. Saya mencari harga tertinggi,” kata Galih.

Galih bakal terus mengembangkan pertanian hortikultura termasuk memperluas lahan yang dia tanami. Dia juga berencana mengembangkan pertanian organik. Pemuda itu hingga kini tak tertarik untuk menanam padi lantaran para petani kerap tak mendapatkan untung ketika memasuki musim panen.

Baca Juga: Siasat Pandai Besi Segaran Delanggu Beralih ke Mesin Tempa Gegara Minim Tenaga Kerja

Ayah Galih, Sugiyo, 53, mengatakan anaknya belajar bertani secara autodidak. Dia mendukung minat Galih yang kini memilih terjun di sektor pertanian. Sebelum digarap oleh Galih, lahan miliknya hanya ditanami padi.

Camat Kalikotes, Klaten, Seniwati, mengatakan rata-rata petani di Kalikotes juga sudah berusia lanjut. Namun, geliat petani milenial di Kalikotes mulai terlihat. Salah satunya Galih. “Di Karangtaruna juga kami terus mengajak agar ada dari mereka yang mau bergerak di bidang pertanian,” kata Seniwati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya