SOLOPOS.COM - Ilustrasi bisnis online. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO--Pandemi Covid-19 berimbas tak hanya terhadap layanan kesehatan, tetapi juga sektor ekonomi akibat pembatasan-pembatasan menyusul berlakunya protokol kesehatan. Ada bisnis yang terpuruk, tak sedikit pula yang bangkit.

Para pengusaha yang bangkit di tengah pandemi itu berbagi kiat suksesnya. Pengusaha furniture asal Jogja, Shinta Melodi, menceritakan pada awal pandemi seluruh transaksi eskpornya ditunda menyusul kebijakan lockdown. Padahal, 70 persen bisnisnya menggantungkan dari pasar luar negeri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Akhirnya merambah lebih ke pasar domestik. Karena memang budget untuk travel dialihkan untuk renovasi rumah atau WFH atau learning from home. Di sana peluang kita,” kata Shinta, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (17/11/2020).

Pada Juni, keran ekspor produk furniturnya kembali dibuka. Pada saat yang sama, pasar domestik yang digarapnya terus tumbuh. Shinta menyasar furnitur kantor, belajar, dan melayani retail.

Tak hanya itu, tidak adanya pameran dagang di luar negeri, mendorong Shinta lebih getol promosi melalui platform digital. Platform ini berperan vital dalam mempercepat perputaran roda ekonomi bisnisnya.

“Ketika pandemi ini kita harus branding di digital. Kita promosikan bisnis secara online. Yang tadinya kurang berteman dengan dunia digital, mau gak mau harus belajar lebih untuk mempercepat roda perputaran,” ujar dia.

Adaptasi lain juga dilakukan Shinta di pabriknya misal dengan physical distancing antarpekerja, mengecek suhu tubuh dan meminta istirahat di rumah terhadap pekerja bersuhu di atas 37,3 derajat Celcius. Ia juga melakukan rapat virtual bersama klien-kliennya di luar kota.

Sharp Luncurkan Masker Kesehatan MA-950I, Ini Keunggulannya

Melonjak hingga 6 Kali Lipat

Inovasi serupa juga ditempuh pengusaha kuliner sekaligus owner kebab Baba Rafi, Hendy Setiono. Hendy mengaku krisis kali ini adalah krisis ke-4 yang dirasakannya selama 17 tahun berbisnis kuliner. Namun, kali ini krisis itu disertai dengan krisis kesehatan.

Pandemi menutup banyak gerai miliknya yang dibuka di mal-mal. Sejumlah restorannya tak lagi menyediakan layanan dine in. Tak sedikit pula kontainer kebab Baba Rafi harus membatasi jam operasional hingga jam 21.00 dari semula buka 24 jam. Akibatnya, omzetnya turun 50 persen.

Situasi ini membuatnya harus mengkonversi bisnisnya dari offline ke online. Ia menggandeng content creator untuk mempromosikan produknya. Hasilnya, omzet bisnisnya dari platform digital melonjak hingga enam kali lipat.

Pada Desember nanti, Hendy bakal membuka gerai Baba Rafi pertama di India. India menjadi negara kesepuluh bisnis kulinernya di luar negeri. “Selain inovasi dan kreativitas, [harus] sinergi dan kolaborasi. Itu sebabnya beberapa bisnis yang saya jalankan di dalam negeri, saya juga menggandeng content creator. Menggandeng partner yang tepat supaya eksis di luar negeri,” kata Hendy.

Ia menceritakan bisnis olahan daging sapi kekinian yang digarapnya bareng Youtuber beken Edho Zell. Bisnis ini dibikinnya untuk membantu para warga terdampak pandemi yang di-PHK. Bisnis yang kali pertama dibuka di Gading Serpong ini lantas meledak menjadi 55 cabang di seluruh Indonesia.

“Situasi memang berubah, namun kita harus beradaptasi. Misalnya, meeting digelar aplikasi daring, seminar, memesan makanan via online, mau tidak mau dengan kebiasaan itu kita harus beradaptasi,” kata Hendy.

Diklaim Lebih Cepat dan Aman, Vaksin Merah Putih Siap Diproduksi Akhir 2021

Berinovasi

Pengusaha alat kesehatan sekaligus Direktur PT Kencana Indah Putra Sakti, Yudhi Andrianto, mengatakan pandemi mendorongnya berinovasi merancang alat sterilisasi berbasis sinar Ultraviolet (UV). Alat ini bisa dipakai di rumah sakit, sekolah, kantor, bus, kereta, bandara, dan lainnya. Keberadaan alat ini kian penting dalam rangka mencegah persebaran virus Corona.

“Untuk saat ini awalnya kami berbuat kami menciptakan produk agar masyarakat terlindungi dengan protokol tambahan. Tapi bukan untuk direct ke manusia,” kata Yudhi.

Selama pandemi, permintaan alat bikinan Yudhi dari dalam negeri cukup menjanjikan. Di Indonesia, alatnya dipakai di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet. Ke depan, ia menargetkan alatnya bisa dipakai lebih luas lagi untuk ruang-ruang tempat berkumpul banyak orang.

“Kami terbuka bekerja sama dengan BUMN di Indonesia untuk mencegah penyebaran [Covid-19] lebih luas lagi. Ke depan kami akan mencoba ke luar [negeri], mungkin kami bisa di-support pemerintah agar lebih dimatangkan lagi, lebih mantap lagi bisnisnya,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya