SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kebosanan terkadang hinggap di hati orang yang hidup bermasyarakat, berumah tangga, dan bekerja. Rasa bosan seringkali muncul ketika individu tengah menghadapi masalah yang sulit dipecahkan.

Dalam rumah tangga, kadang kehidupan suami istri juga mengalami kejenuhan dan kebosanan. Alhasil, sering bertengkar bahkan tidak jarang mereka akan mengambil jalan sendiri-sendiri ataupun berpisah.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Tentu hal ini bukan jalan keluar yang sesuai dengan Dhamma. Memang suatu hal yang wajar, dalam kehidupan suami istri muncul kebosanan. Namun, sebagai murid Sang Buddha, pasangan itu hendaknya merenungkan perjuangan Pangeran Siddharta yang tidak pernah kenal putus asa untuk mencapai cita-cita.

Pasangan suami istri harus tak kenal lelah memperjuangkan keluarganya dan mau mencari kekurangan diri sendiri agar dapat segera diperbaiki. Jika rasa bosan sudah bisa dilewati dengan cara masing-masing mengubah prilaku, maka kehidupan rumah tangga akan bisa diselamatkan.

Sebagai umat yang rajin melaksanakan ajaran Sang Buddha, kadang juga tidak terlepas dari rasa bosan. Kecewa karena merasa sudah cukup banyak berbuat baik sesuai dengan ajaran, namun keadaan kehidupannya tidak juga berubah, atau mungkin malah tambah menderita.

Orang yang berpikir seperti inilah yang sesungguhnya dalam dirinya telah tumbuh rasa bosan dengan Buddha Dhamma. Apabila timbul kebosanan seperti itu, hendaknya ia segera mengatasinya dengan mengingat kembali bahwa Pangeran Siddharta pun harus banyak berjuang untuk mencapai kebahagiaan, apalagi sebagai umat-Nya, tentu harus lebih banyak berjuang.

Rasa bosan disebabkan seseorang tidak memiliki semangat. Pangeran Siddharta mampu bertahan untuk terus berjuang selama enam tahun karena dia memiliki semangat yang tidak pernah melemah. Beliau terus berjuang dan berjuang walaupun hasilnya masih belum nampak.

Setelah seseorang memiliki keyakinan atau saddha yang kemudian diikuti dengan munculnya semangat atau viriya , maka tahap berikutnya yang dikatakan dalam Dhamma adalah kemunculan perhatian atau sati. Perhatian yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan orang tersebut untuk memperhatikan dengan teliti segala hal yang sedang dikerjakannya. Apabila ia mulai bingung dan kacau batinnya karena pikirannya mulai memperhatikan hal lain sehingga pekerjaannya terganggu, maka ia hendaknya memiliki kemampuan untuk mengembalikan perhatiannya agar tetap terpusat pada pekerjaan semula.

Dalam kehidupan sebagai suami istri, hendaknya juga didasari keyakinan bahwa pilihannya telah benar. Setelah ia yakin memilih pasangan hidup sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia akan selalu bersemangat untuk menjaga keutuhan rumah tangganya. Ia juga akan terus memusatkan perhatian kepada keluarganya. Apabila ada orang lain yang lebih menarik daripada pasangan hidupnya, ia akan segera menyadari dan menghindarinya, karena pikirannya tetap terpusat pada pasangan hidupnya.

Setelah memiliki keyakinan atau saddha , semangat atau viriya dan perhatian atau sati , maka tahap berikutnya akan timbul dalam dirinya samadhi. Samadhi adalah perhatian atau sati yang berlangsung untuk jangka waktu lama atau terus menerus.

Biasanya istilah ini dipergunakan untuk mengembangkan batin dalam bermeditasi, namun, bisa juga dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya keempat kualitas batin tersebut, maka kemudian dalam diri orang tersebut muncul kebijaksanaan atau pannya. Kebijaksanaan adalah kemampuan melihat hal yang penting sebagai hal yang penting dan hal yang tidak penting sebagai hal yang tidak penting. Kebijaksanaan adalah merupakan hasil yang diperoleh dari usaha mempertahankan keyakinan, semangat, perhatian dan konsentrasi.

Demikian pula halnya dengan kehidupan pasangan suami-istri. Ketika ia telah yakin dengan pasangannya, yakin dengan kebenaran pilihannya sendiri, yakin bahwa hanya bersama dialah rumah tangga ini dijalani. Ia memiliki keyakinan bahwa hanya dengan dialah bersama-sama menghadapi suka dan duka. Keyakinan inilah yang akan menjadikan segala gangguan dan hambatan dalam kehidupan ini dapat diselesaikan satu persatu. Di hari tua, ia akan menyadari bahwa memang ternyata pilihannya di masa muda itu tidak salah. Ia memang sesuai sebagai teman hidup selamanya.

Inilah lima kualitas batin yang telah diuraikan dalam Anggutara Nikaya III, 10 yang dikenal sebagai Pancabala atau lima kekuatan dalam Dhamma. Dalam kehidupan ini, apabila orang sudah mempunyai keyakinan untuk memilih satu jalan kehidupan, baik sebagai perumahtangga maupun sebagai seorang bhikkhu, maka hendaknya ia jalankan kehidupan yang telah dipilihnya itu dengan penuh semangat.

Hendaknya ia selalu memperhatikan hal kecil yang mungkin akan dapat mengganggu kelancaran jalan hidup yang telah dipilihnya itu. Sebaliknya, ia hendaknya juga memperhatikan hal kecil yang mungkin dapat mendukung serta memajukan jalan hidup yang telah dipilih tersebut.

Dengan terus memiliki perhatian yang kuat, maka dalam dirinya akan timbul kebijaksanaan. Pengertian yang sesungguhnya akan tumbuh dalam batinnya. Ia akan menjadi orang bijaksana yang mampu memilih hal baik diantara banyak hal yang buruk. Ia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan lahir batin.

Semoga semua makhluk baik yang tampak maupun yang tidak tampak akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sesuai dengan kondisi karmanya masing-masing.

Sabbe satta bhavantu sukhittata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya