SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung sedang mengamati tampilan kalender kuno Suku Maya dalam pameran "Society and Maya's Time" di Museum Antropologi di Mexico City, Rabu (19/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

El Castillo, salah satu bangunan utama di kompleks kota kuno Suku Maya, Chichen Itza di Negara Bagian Yucatan, Meksiko. (http://bjornfree.com/galleries.html)

IZAMAL – Gara-gara isu kiamat tanggal 21 Desember 2012 sebagai hasil tafsiran siklus kalender Suku Maya, ribuan penggemar masalah apokaliptik dan fans Suku Maya berdatangan ke berbagai situs terkenal suku itu di Meksiko dan sejumlah negara Amerika Tengah lainnya. Namun buat warga setempat yang masih keturunan langsung Suku Maya, segala kehebohan itu justru membuat mereka bingung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini semua adalah histeria massa,” ujar Vera Rodriguez, 29, psikolog yang juga keturunan Maya, yang tinggal di Izamal, Negara Bagian Yucatan, tak jauh dari salah satu situs Suku Maya yang paling banyak dikunjungi yaitu kompleks kota kuno Chichen Itza. “Saya pikir isu kiamat ini dampaknya buruk buat budaya dan masyarakat kami,” katanya.

Seraya melihat bus-bus yang berdatangan membawa turis dan para peminat budaya kuno Maya serta segala macam orang asing lainnya yang antusias “menyambut” kiamat, atau juga kemungkinan munculnya era baru dunia terkait siklus kalender kuno Maya itu, warga keturunan Maya lebih banyak yang melongo saja. “Kami enggak percaya sama sekali,” ujar Socorro Poot, 41, ibu rumah tangga dengan tiga anak di Holca, sebuah desa sekitar 40 km dari Chichen Itza. “Tak ada yang bakal tahu pasti [kapan kiamat datang]. Hanya Tuhan yang tahu,” tukasnya.

Saat ini keturunan Suku Maya diperkirakan berjumlah sekitar 7 juta yang tinggal di Meksiko, Guatemala dan sejumlah iwlayah lain di Amerika Tengah. Sebagian besar memeluk agama Katolik Roma, meski masih banyak juga yang tetap memelihara dan memraktikkan sejumlah ritual dan budaya kuno mereka. Kuatnya citra mistis suku ini, di mana banyak legenda soal pengorbanan manusia demi para dewa, keterkaitan dengan astronomi dan banyak kisah lain membuat kebanyakan orang modern memandang suku ini sebagai sebuah legenda. “Berkembangnya kisah bahwa mereka punah dengan datangnya penyerbu Spanyol, membuat banyak orang menganggap suku ini misterius, seperti datang dari dunia lain,” ujar David Stuart, pakar Maya di University of Texas.

Dalam kenyataannya, sebagian besar warga Maya kini tinggal di kawasan pedalaman yang fasilitas pelayanan publiknya sangat buruk.

Seorang pengunjung sedang mengamati tampilan kalender kuno Suku Maya dalam pameran “Society and Maya’s Time” di Museum Antropologi di Mexico City, Rabu (19/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Meski banyak warga Maya yang tak suka dengan kehebohan soal kiamat itu, ada juga yang khawatir bahwa ada spekulan-spekulan yang mencoba mencari keuntungan secara curang. “Ada legenda dan ada kenyataan,” kata Yolanda Cornelio, 21, staf kantor pariwisata di Kota Merida, yang ibunya masih menggunakan bahasa Maya dalam keseharian di rumah. “Ada saja orang yang mencomot legenda dan menyelewengkannya, dipakai untuk mencari uang. Banyak sekali penipuan,” ujarnya.

Pemerintah Meksiko memperkirakan sekitar 50 juta wisatawan dari dalam dan luar negeri akan mengunjungi kawasan selatan pada tahun ini. Pada “hari kiamat Maya” Jumat esok, diperkirakan ada 200.000 orang yang mendatangi Chichen Itza. “Ini hari yang bagus buat bisnis, tapi buat saya, sama saja seperti hari-hari lain,” komentar seorang penjual minuman, Julian Nohuicab, 34, warga Maya di situs kota kuno Maya di Coba, Negara Bagian Quintana Roo, tak jauh dari kawasan wisata pantai terkenal Cancun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya