SOLOPOS.COM - Para peziarah tengah berziarah ke makam Kiai Sholeh Darat di TPU Bergota, Kota Semarang, beberapa waktu lalu. (Solopos.com-Dickri Tifani Badi)

Solopos.com, SEMARANG – Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), rupanya tidak hanya memiliki destinasi wisata sejarah karena memiliki bangunan-bangunan kuno peninggalan kolonial Belanda. Kota Semarang rupanya juga memiliki destinasi wisata religi, yakni dengan keberadaan makam Muhammad Sholih as-Samarani atau yang populer dikenal dengan Kiai Sholeh Darat.

Pada saat-saat tertentu, makam Kiai Sholeh Darat sangat ramai dikunjungi para peziarah. Lantas, siapak sosok Kiai Soleh Darat yang makamnya ada di kompleks Taman Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Diolah berbagai sumber, Kiai Sholeh Darat atau Mbah Sholeh Darat dilahirkan di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, pada 1820 silam. Ayahnya, Kiai Umar, merupakan seorang pejuang dan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro di Jawa bagian utara.

Baca juga: Gus Dur Mengaku Orang Muhammadiyah di NU, Begini Kisahnya

Juru kunci makam Kiai Sholeh Darat, Sumartoyo, 61, mengatakan semasa hidup Mbah Sholeh Darat terkenal sebagai guru para ulama besar dan tokoh pergerakan kemerdekaan. Tokoh-tokoh atau ulama yang pernah berguru padanya antara lain KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, hingga R.A. Kartini.

“Mbah Sholeh Darat belajar agama Islam dari orang tuanya, dan kemudian disebarkan ilmunya, termasuk menjadi guru dari ulama-ulama lain seperti pendiri Muhammadiyah dan NU,” ujar Sumartoyo kepada Solopos.com, Jumat (15/4/2022).

Tak hanya mengajarkan pendidikan agama kepada para ulama besar, Kiai Sholeh Darat semasa muda juga dikenal memiliki penggaruh di Makkah. Ia bahkan sempat berguru pada ulama besar di Tanah Suci kala itu seperti Syekh Muhammad al-Muqri, Syekh Ahmad Nahrawi, Sulaiman Hasbullah al-Makki, dan Sayyid Ahmad ibn Ziani Dahlan.

Pulang ke Jawa

makam kiai sholeh darat
Makam Kiai Sholeh Darat di TPU Bergota, Kota Semarang. (Solopos.com-Dickri Tifani Badi)

Kiai Sholeh Darat kala itu bahkan sempat dipercaya Pemerintah Arab Saudi untuk menjadi pengajar di Makkah. Di sinilah, ia kemudian bertemu dengan Mbah Hadi Girikusumo yang berasal dari Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng).

Mbah Hadi inilah yang membujuk Kiai Sholeh Darat untuk pulang ke tanah Jawa. Hal ini dikarenakan, masyarakat di tanah Jawa lebih membutuhkan bimbingan dan ilmu tenang agama dibanding masyarakat Arab Saudi.

Baca juga: Foto Tradisi Semarang : Haul Sholeh Darat Digelar di Bergota

“Saat itu, Mbah Hadi Girikusumo tengah menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci. Di sana malah ketemu Mbah Sholeh Darah. Ia kemudian membujuk Mbah Sholeh Darat untuk ikut pulang ke Tanah Jawa,” ujarnya.

Awalnya Mbah Sholeh Darat sempat menolak ajakan Mbah Hadi. Hal itu dikarenakan dirinya masih memiliki keterikatan dengan penguasa Arab Saudi.

Namun Mbah Hadi Girikusumo tak kehilangan akal. Ia menculik Mbah Sholeh Darat agar kembali ke Tanah Jawa.

“Mbah Hadi Girikusumo memasukkan ke peti dan dinaikan ke kapal. Sempat akan ketahuan tapi akhirnya lolos dan bisa pulang dengan syarat menebus kesalahan,” ujarnya.

Sesampainya di tanah Jawa, Mbah Sholeh Darat pun menyebarkan ilmunya. Ia sempat mengajar di Pesantren Salatiyang, Purworejo, hingga akhirnya mendirikan pesantren di Semarang pada 1870-an.

Sekembalinya di Jawa, Kiai Sholeh Darah banyak berdakwah dan menulis berbagai kitab. Ia juga menulis terjemahan kitab-kitab ilmu agama dengan bahasa Jawa. Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an yang diberi nama Kitab Faid Ar-Rahman, yang menjadi kitab tafsir Al-Qur’an pertama dengan bahasa Jawa. Kitab inilah yang membuat R.A. Kartini tertarik dan berguru kepada Kiai Sholeh Darat.

Baca juga: Tempat Wisata Religi di Pulau Bawean, Makam Putri Cempa-Kubur Panjang

Sementara itu, Sumartoyo mengatakan selama pandemi Covid-19, makam Kiai Sholeh Darat tak pernah sepi. Makam ulama terkemuka itu tetap ramai dikunjungi peziarah, baik dari kalangan masyarakat umum hingga pejabat.

“Sejak Covid-19 tetap ramai, pada ke sini naik bus, terutama hari Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Bahkan tahun lalu, ada peziarah dari luar negeri juga seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. Kalau ramai biasanya saat bulan Ruwah atau Syawal,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya